Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 15 April 2021 | 06:57 WIB
Kegiatan belajar di TPQ [Fitria/Suara.com] TPQ di Palembang Ini Gratiskan Biaya Pendidikan Tanpa Pandang Kelas Sosial

SuaraSumsel.id - Pada era serba canggih dan segala kegiatan manusia telah dimudahkan dengan teknologi, seperti hadirnya telepon pintar. Kemudahan teknologi ini pun mempengaruhi kegiatan anak-anak.

Permasalahan di ataslah yang menjadi salah satu latar belakang Selvia Assoburu mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) As-Shobur di Palembang. Bersama sang ibunda, Sinariyahaini, TPQ ini mengratiskan biaya pendidikan tanpa pandang kelas sosial.

Ia pun ingin mengalihkan perhatian anak yang asyik dengan gadgetnya menjadi asik dalam belajar Al-Qur’an
 
Sampai saat ini terdapat puluhan santri yang menjadi anak didik di TPQ As-shobur. Sejak berdiri pada Agustus 2016 lalu, TPQ ini hadir tanpa memandang kelas sosial dari yang ekonomi menengah ke bawah sampai menengah ke atas bisa menjadi santri yang tak dipungut biaya.

TPQ ini tidak memiliki donatur tetap atau kerjasama dengan pihak manapun, melainkan utuh dari kantong pribadi.
 
“Tapi walaupun gratis tidak sembarang orang yang bisa menjadi santri di sini, hanya santri yang disiplin dan berkeinginan kuat untuk belajar Al-Qur’an yang kami rekrut, ”katanya belum lama ini diwawancarai Suarasumsel.id.
 
Santri yang sudah absen tiga kali tanpa izin yang jelas akan langsung diberhentikan oleh pihak TPQ.
 
Meskipun dengan santri yang tidak banyak, ia menginginkan santri dan orang tua serius agar anaknya mempelajari Al-Qur’an, tidak hanya anak yang harus rajin mengaji, tetapi bimbingan orang tua juga harus ikut serta dalam pembentukan karakter anak.
 
Wanita kelahiran 1 Agustus 1989 ini bercerita bahwa saat masih anak-anak, Selvia termasuk bocah yang aktif dan sedikit nakal.
 
Sehingga usai tamat SMA kedua orang tuanya menyekolahkan di Pesantren Walisongo, saat itulah dirinya baru mengenal dan memahami ilmu agama. Kehidupannya berubah seutuhnya, berkat doa ibu pula ia mentransformasi menjadi wanita yang penuh dengan prestasi.
 
Ia mampu meraih predikat sarjananya dengan gelar cumlaude, melanjutkan studi strata dua dengan beasiswa hingga menyelesaikan gelar doktornya.
 
“Syukurnya saya dimasukan ke pesantren oleh orang tua ditambah doa ibu saya yang begitu kuat, kalau tidak saya bisa jadi preman saat itu,” kenang ia.
 
Atas bekalnya mengampu pendidikan di pesantren itu juga yang menambah keyakinannya untuk mendirikan TPQ As-Shobur.
 
Dalam belajar mengajar ia dibantu oleh mahasiswanya dari UIN Raden Fatah. Meskipun belum menyandang gelar orang tua, namun ia tak ingin anak-anak jaman sekarang lebih mencintai gadget dan lalai untuk mempelajari dan mengaplikasikan diri untuk mencintai al-Qur’an.
 
Bermodalkan halaman di depan rumahnya dan satu ruangan yang juga milik pribadi, Selvi dan santri-santrinya mengaji dari pukul 17.00 hingga 19.00 malam.
 
Mereka selalu membiasakan untuk salat ashar dan magrib berjamaah di ruangan central.
 
“Ini bukanlah pencitraan, yang kami lakukan adalah sebuah keihklasan untuk mengejar amal jariyah, biarlah kami tak dibayar di dunia tapi Insya Allah dibayar untuk di Akhirat,” ungkap wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di UIN Raden Fatah dan Universitas Muhammadiyah Palembang tersebut.

Baca Juga: Tahun 2021, Sumsel Fokus Penanganan 10 Daerah Rawan Karhutla

Kegiatan belajar di TPQ [Fitria/Suara.com]


 
Di TPQ yang terletak di Jalan Anggrek Raya nomor 348 Sri Rezeki 3 Perumnas Sako ini santri diberikan beberapa kelas yakni, kelas besar Mutaqadim, kelas Mura’jaah hafalan ayat al-Qur’an, kelas anak-anak Mubtadi atau anak usia kurang dari enam tahun dan kelas Muraja’ah hafalan hadist.
 
“Tak hanya mengajarkan Al-Qur’an dan menghafal one day one ayat, kami juga mengajari santri untuk menghafal hadist satu ayat setiap minggunya,” katanya.
 
Tujuan TPQ As-Shobur menjadikan generasi islam yang berakhlak mulia, berprestasi tinggi dan bermanfaat bagi orang banyak. Sehingga Selvi mengupayakan agar belajar di TPQ ini tidak tegang dan memberikan kesan menyenangkan dengan begitu santri menjadi lebih mudah mencintai Al-qur’an.
 
“Kami variasikan kegiatan, misalnya Selasa belajar Fiqih, Sejarah nabi, Akidah, untuk hari berikutnya kita adakan permainan atau hapalan doa sehari-hari,” pungkasnya.
 
 Kontributor: Fitria.

Load More