Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 11 Maret 2021 | 12:28 WIB
Sampul buku Oedjan Mas di Bumi Sriwijaya

Meskipun tidak mendukung dalam hal pendanaan pembangunan gedung dan fasilitas, pemerintah pusat dan direksi DJB di Batavia menyetujui usul Zeilinga. Pada 20 September 1909, kantor cabang DJB Palembang resmi dibuka di atas lahan dan rumah sewa milik Kapiten Cina, Tjoa Ham Hien, di Schoolweg.

"Selain memotret mengenai kejayaan ekonomi, buku juga mengambarkan budaya ekonomi masyarakat mengenai aktivitas perdagangam sifat konsumtif, kebijakan perdagangan, dan munculnya mata uang kala itu," terang ia.

Secara geo-ekonomis keberadaan gedung DJB Palembang di Schoolweg mampu menopang Pasar 16 Ilir sebagai urat nadi ekonomi Kota Palembang dan Sumatra Selatan serta menjadi sirkulasi bangunan fisik gedung-gedung kolonial lain sehingga daerah itu menjelma sebagai pusat ekonomi baru di Kota Palembang.

Demikian pula ketika gedung DJB dipindahkan ke Jalan Sudirman sebagai kantor cabang Bank Indonesia Palembang, posisi fisik bangunan turut menopang tiga daerah jalur utama, Jalan Sudirman, Jalan A. Rivai, dan Jalan Veteran, yang tumbuh sebagai pusat ekonomi dan politik baru di Kota Palembang.

Baca Juga: Ikut KLB Deli Serdang, 7 Pengurus Partai Demokrat Sumsel Ini Dipecat

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan, Harri Widodo mengungkapkan Bank Indonesia mempersembahkan buku berjudul ‘Oedjan Mas’ di Bumi Sriwijaya: Bank Indonesia dan ’Heritage’ di Sumatra Selatan agar menjadi bagian dari pelestarian institutional memory sebuah bank sentral.

"Namun juga kental dengan cerita sejarah ekonomi kota yang diwarnai aliran cerita kemakmuran wilayah Sumatera bagian selatan sejak masa silam," ungkap Harri.

Load More