Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 11 Maret 2021 | 12:28 WIB
Sampul buku Oedjan Mas di Bumi Sriwijaya

Salah satu penulis buku, Dedi Irwanto mengungkapkan buku ini mengenalkan konsep kejayaan Sumatera Selatan, interdependensi ulu dan ilir sebagai ibu kota . Sebagai pusat perdagangan yang sudah dikenal sejak masa lampau, penguasaan sungai yang bermuara ke Sungai Musi di ilir dapat mengendalikan masyarakat ulu.

Relasi yang tercipta merupakan hubungan saling membutuhkan antara ilir dan ulu dalam ikatan kesatuan sosial masyarakat berbentuk sistem kekerabatan, persaudaraan, dan rasa tunduk tanpa penaklukan kekerasan.

Kekuatan utama ilir mampu mengontrol seluruh aktivitas kehidupan ulu yang, salah satunya, dilakukan lewat aktivitas ekonomi uang. Namun, kontrol tersebut tidak mematikan kreativitas masyarakat ulu yang sebaliknya segala wujud kemakmuran dan kemajuan di ilir akan berdampak sama terhadap ulu.

"Kantor cabang (agentschap) DJB Palembang didirikan pada awal abad ke-20, atas usul direktur DJB Pusat, A. Z. N. Zeilinga usai kunjungannya," kata ia.

Baca Juga: Ikut KLB Deli Serdang, 7 Pengurus Partai Demokrat Sumsel Ini Dipecat

Menurutnya, kantor cabang DJB Palembang seharusnya sudah dibuka sejak lama mengingat potensi ekonomi daerah Sumatera bagian selatan yang luar biasa.

Meskipun tidak mendukung dalam hal pendanaan pembangunan gedung dan fasilitas, pemerintah pusat dan direksi DJB di Batavia menyetujui usul Zeilinga. Pada 20 September 1909, kantor cabang DJB Palembang resmi dibuka di atas lahan dan rumah sewa milik Kapiten Cina, Tjoa Ham Hien, di Schoolweg.

"Selain memotret mengenai kejayaan ekonomi, buku juga mengambarkan budaya ekonomi masyarakat mengenai aktivitas perdagangam sifat konsumtif, kebijakan perdagangan, dan munculnya mata uang kala itu," terang ia.

Secara geo-ekonomis keberadaan gedung DJB Palembang di Schoolweg mampu menopang Pasar 16 Ilir sebagai urat nadi ekonomi Kota Palembang dan Sumatra Selatan serta menjadi sirkulasi bangunan fisik gedung-gedung kolonial lain sehingga daerah itu menjelma sebagai pusat ekonomi baru di Kota Palembang.

Demikian pula ketika gedung DJB dipindahkan ke Jalan Sudirman sebagai kantor cabang Bank Indonesia Palembang, posisi fisik bangunan turut menopang tiga daerah jalur utama, Jalan Sudirman, Jalan A. Rivai, dan Jalan Veteran, yang tumbuh sebagai pusat ekonomi dan politik baru di Kota Palembang.

Baca Juga: Tetap Tolak KLB, DPD Partai Demokrat Sumsel juga Gelar Apel Siaga

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan, Harri Widodo mengungkapkan Bank Indonesia mempersembahkan buku berjudul ‘Oedjan Mas’ di Bumi Sriwijaya: Bank Indonesia dan ’Heritage’ di Sumatra Selatan agar menjadi bagian dari pelestarian institutional memory sebuah bank sentral.

"Namun juga kental dengan cerita sejarah ekonomi kota yang diwarnai aliran cerita kemakmuran wilayah Sumatera bagian selatan sejak masa silam," ungkap Harri.

Load More