Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Jum'at, 12 Februari 2021 | 10:31 WIB
Ustaz Yusuf Mansur [instagram Yusuf Mansur] Dalam instgramnya ia menceritakan persahabatan dengan warga Tionghoa dan imlek.

SuaraSumsel.id - Ustaz Yusuf Mansur termasuk yang mengucapkan selamat pergantian tahun baru China di media sosialnya. Di instagramnya, ustaz kelahiran Jakarta ini memulai dengan menceritakan masa yang telah laluinya saat masih kanak-kanak.

Saat makin kecil itu, ia masih kira-kira seusia di Sekolah Menengah Pertama (SMP), jika saat imlek juga mendatangi tetangga Tionghoa yang merayakan imlek.

Kalimat pembukanya, "Dulu, zaman nenek kami masih idup. Kami masih bersama orang-orang tua kami. Mulai dari segede Aisyah bahkan kecilan lagi. Sampe kira-kira SMP. Tiap tahun, klo imlek, keliling ke tetangga yang Cianis, Tionghoa," tulisnya.

Bahkan, katanya nenek dan orang-orang tuanya juga masak, lalu dihantarkan kepada yang lain.

Baca Juga: Jelang Imlek, Harga Karet Sumsel Stabil Rp 19.000/kg

"Nenek, dan orang-orang tua kami, masak masakan. Terus dirantang-rantangiin gitu. Khas dzaman doeloe," sambung ia.

Ia pun mengaku selalu senang, sebab jika pulang dari keliling merayakan imlek akan selalu dapat kue keranjang dan terima angpao.

"Kami selalu seneng. Sebab pulangnya, bawa kue keranjang, kue China, dan kami dapet angpao" tulisanya sambil menambahkan kalimat sedang tertawa.

Lalu di Masjid al Mansuriyah, Masjid kedua tertua di Jakarta yang dibangun sekitar tahun 1717. Di mana, bagian tengah, bagian utama ternyata bukan Kubah, tapi genteng bergaya China.

"Cainis Shaolin gitu. Sampe sekarang tidak diubah loh. Masih gitu dan ada uler sama naga di ujung kanan kirinya," ungkap Ustaz Yusuf 

Ia pun mengungkapkan kawan-kawan Tionghoa banyak yang baik, diantaranya yang tergabung dalam Forum Penulis termasuk pemiliknya.

Baca Juga: Perayaan Imlek di Sumsel Diprakirakan Diguyur Hujan

"Sahabat-sahabat kami yang tergabung di Forum Penulis dan CEO, asli baik-baik. Saya sering berhubungan dengan mereka," katanya.

Ia menyebut nama Harianto Tien yang terus berjuang untuk menghidupi 400 an karyawan.

"Suasana covid, tetep berjibaku menyelamatkan ekonomi keluarga 400an karyawannya ini. Dengan segala hal yang halal," sambung ia.

Selain menghidupi, juga menghormati pilihan agama karyawannya, misalnya boleh mengenakan hijab dan bebas menggelar pengajian.

"Bahkan di rumahnya, di bilangan Alam Sutera, tiga pembantunya yang perempuan, berjilbab. Disiapkan dapur halal, dengan alat-alat halal. Disiapkan tempat shalat dan beragam kebaikan lain," katanya.

Ustaz Yusuf Mansur menambahkan jika tidak sedikit temannya Tionghoa yang memberangkatkan haji dan umroh para karyawannya.

"Subhaanallaah. Ada Pak Talip, Pak Min, Pak Thomas, Pak William, Pak Tung (Pak Tung Tionghoa bukan ya? Hehehe. Jawa banget, hahaha). Tommy Wong, Pak Frans, Dahnil, James Gwee, Chandra, Bu Lia Hoa, Bu Melly, dan duh. Banyak lagi," bebera Ustaz Yusuf Mansur.

Ia mengaku nyaman berada di tengah para warga Tionghoa tersebut, terdapat aura positif dan penuh keoptimisan serta kekeluargaan.

"Dulu waktu kecil, kawan-kawan Cainis saya, banyak. Ada Riki. Yang kelak, beliau dan ibunya, pengaruh banget ke saya menjadi pengusaha, pedagang," ucapnya.

Dari warga Tionghoa itupun, juga banyak yang muslim. "Waktu kecil malah saya suka diajak belajar ceramah di masjid PITI di kawasan Pasar Baru. Met al Mulk," pungkasnya.

Load More