Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 08 Desember 2020 | 18:44 WIB
Siswa mengenakan masker saat pulang sekolah di sekitar lokasi kebakaran (16/9/2019). (Antara)

SuaraSumsel.id - Peta-peta ini memperlihatkan titik panas yang muncul di tiga kabupaten, yakni Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin dan Muaraenim.

Sebagai tiga kabupaten penyulut api kebakaran di tahun 2015, kebakaran berulang terjadi di 2019.

Kebakaran lahan pun masih terjadi di lahan konsensi perusahaan hutan tanaman industri (HTI)

Peta Prims Gambut [Prims Gambut]

Di Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang merupakan kabupaten dengan luasan lahan terbesar, nampak kebakaran kembali terjadi di lahan konsensi hutan tanaman industri (HTI). Warna coklat memperlihatkan kebakaran lahan yang terjadi di tahun 2015, sedangkan warna coklat muda memperlihatkan kebakaran di 2019.

Baca Juga: Jejak Penyulut Api Karhutla di Sumsel, Siapa Bertanggungjawab? (1)

Di mana warna coklat muda masih menumpuk di warna coklat gelap. Bisa diartikan, jika titik panas terus bermunculan di wilayah tersebut.

Sementara, warna hijau gelap ialah luasan lahan konsesi perusahaan sedangkan warna hijau muda ialah lahan gambut.

Dari pemetaan ini juga nampak, jika kebakaran pada tahun 2019 juga menumpuk pada lahan gambut yang terbeban izin konsesi perusahaan.

Peta Prims Gambut [Prims Gambut]

Bagitu juga di Kabupaten Musi Banyuasin. Kebakaran lahan banyak terjadi di lahan gambut yang diperlihatkan dengan warna hijau muda.

Di tahun 2015, munculnya titik panas berasal dari lahan konsesi perusahaan yang diperlihatkan dengan warna hijau tua, sedangkan pada kebakaran lahan di tahun 2019, diperlihatkan lebih banyak berasal dari lahan gambut.

Baca Juga: Disdik Sumsel; Belajar Tatap Muka Diperbolehkan Bukan Diwajibkan

Peta Prims Gambut [Prims Gambut]

Sementara di Muaraenim, kebakaran terlihat di wilayah konsensi. Di Kabupaten ini, tidak terlalu dipadati oleh lahan gambut. Sedangkan di tahun 2019, kebakaran lahan cenderung menyebar di luar lahan konsesi perusahaan, namun masih juga ditemukan titik panas di lahan konsesi.

Udaranya lebih sejuk tahun ini, tidak seperti tahun lalu, apalagi tahun 2015 lalu. Masyarakat desa pun berkeinginan agar kebakaran lahan dan hutan tidak terulang seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Air rawa masih tinggi di bulan September ini, tidak banyak terdengar kebakaran besar di lahan perusahaan BMH dan perusahaan lainnya,” ujar Tokoh Masyarakat Jerambah Rengas, Muhammad Syukrie di awal bulan Oktober lalu.

Desa di Kabupaten Ogan Komering Ilir ini menjadi salah satu pencatat bencana kebakaran Sumatera Selatan.

Desa di Kecamatan Pangkalan Lampan ini diapit lahan konsesi perusahaan, baik sawit maupun hutan tanaman industri dan kerap terdampak akibat kebakaran tersebut.

Menurut Syukrie, pada tahun ini kebakaran hutan dan lahan tidak seperti tahun 2019 apalagi 2015.

Load More