SuaraSumsel.id - Kopi Sumatera Selatan identik dengan kopi dengan aroma yang khas. Sebagian menyebutnya beraroma buah dan kacang.
Sebagian besar kopi Sumatera Selatan bervarian robusta. Kopi jenis ini ternyata cocok dicampur beragam jenis rempah guna menambah varian rasa.
Kopi rempah juga dipercaya sebagai kopi yang menambah stamina tubuh. Baik diminum saat situasi pandemi juga meningkatkan imunitas terhadap serangan virus.
Sembilan rempah yang cocok dicampur dengan kopi rempah Sumatera Selatan: kayu manis, sereh, pala, jahe, kapulaga, cengkeh, pekal, ades, dan kembang bawang.
Baca Juga: Bioskop di Palembang Telah Dibuka, Berikut Daftar Film yang Diputar
Berikut beberapa ulasan empat rempah tersebut:
Kayu Manis
Kayu manis atau Cinnamomum Verum ialah jenis rempah yang sangat beraroma, manis dan pedas. Berbagai sumber menyebutkannya sebagai keluarga kamfer-kamferan (Lauraceae) yang banyak dipergunakan untuk kuliner.
Rempah ini berasal dari kulit pohon kayu manis yang dikeringkan. Dijual dalam bentuk gulungan atau sudah halus menjadi bubuk.
Di dalam negeri, harganya berkisar Rp70.000/kg dan akan semakin mahal jika diekspor ke luar negeri.
Baca Juga: Jelang Musim Hujan, Warga Palembang Harus Waspadai Pohon Tumbang
Kayu manis termasuk salah satu bumbu masakan yang tertua dipergunakan oleh manusia. Setidaknya, bumbu ini telah digunakan pada peradaban Mesir kuno sekitar 5000 tahun yang lalu dan sempat disinggung dalam beberapa Al Kitab.
Dari segi kesehatan, kayu manis sering dijadikan obat tradisional sebagai suplemen makanan dan penangkal berbagai penyakit.
Penggunaan akan sangat bermanfaat jika dicampur madu, dapat mengobati penyakit radang sendi, gangguan kulit, jantung dan perut kembung.
Pala
Pala atau dikenal Myristica fragrans merupakan pohon dari keluarga Myristiceae yang tumbuh subur di kepulauan Banda, Maluku.
Pada zamannya, jenis rempah ini memiliki nilai komoditi cukup tinggi sejak masa kerajaan Romawi.
Pala juga disebutkan dalam ensiklopedia karya Plinius (penulis, pengamat, filsuf serta komandan armada darat kekaisaran Romawi)
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya (cangkang terluar pala). Pengeringan ini memakan waktu enam hingga delapan minggu (dijemur secara tradisional).
Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji terdalam akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.
Jenis rempah ini mengandung minyak atsiri 7-14%. Minyak ini dipakai sebagai campuran parfum atau sabun. Sedangkan pala dalam bentuk bubuk sering dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran dan minuman penyegar (misalnya Eggnog, minuman manis khas Eropa).
Selain itu, tanaman pala kaya akan manfaat, diantaranya buah pala yang terdiri dari kulitnya dapat dijadikan bahan tambahan obat pengusir nyamuk, dagingnya yang mengandung banyak nutrisi dapat dijadikan bahan dasar pembuatan berbagai jenis makanan dan minuman dan daunnya sering dijadikan sebagai bahan utama pembuatan minyak atsiri.
Pala yang dihasilkan Indonesia terbilang terbaik di dunia.
Pala diekspor ke berbagai negara sebagai bahan industri kosmetik, kesehatan dan makanan. Sekarang, daerah penghasil pala terbesar berada di Sulawesi utara dan Aceh selatan. Harga perkilogramnya bisa mencapai Rp110.000
Kapulaga
Kapulaga merupakan jenis rempah yang dihasilkan dari beberapa tanaman bergenus Amomum dan Elettaria dalam keluarga jahe jahean (Zingiberaceae).
Kedua genus tanaman ini merupakan tumbuhan endemik beberapa negara Asia selatan dan tenggara, seperti Indonesia, India, Bangladesh, Bhutan, Nepal dan Pakistan.
Biasanya kapulaga digunakan untuk tambahan penyedap rasa, obat tradisional dan industri manufaktur lainnya.
Harga kapulaga di dalam negeri berkisar 45 ribu/kg rupiah saja, namun saat di jual ke luar negeri harga kapulaga bisa mencapai 400 ribu rupiah perkilogramnya.
Biji kapulaga berbentuk biji polong kecil, berpenampang irisan segitiga dan berbentuk gelendong kumparan dengan kulit luar yang tipis dan bijinya berwarna hitam kecil.
Di Indonesia, jenis rempah ini ada dua macam, yakni kapulaga jawa (Amomum compactum) dan kapulaga india (Elettaria cardamomum). Perlu diketahui, saat ini kapulaga tergolong rempah termahal ketiga di dunia, setelah saffron dan vanilla.
Cengkeh
Cengkeh atau cengkih (Syzygium aromaticum) merupakan bagian kuncup bunga dari keluarga pohon jambu jambuan (Myrtaceae).
Cengkeh termasuk jenis rempah asli Indonesia yang sejak dulu sangat dicari oleh negara barat karena banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di sejumlah negara Eropa dan bahan pembuatan rokok (rokok kretek).
Berdasarkan morfologinya cengkeh yang ada di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis:
1. Cengkeh asli maluku, yakni cengkeh berjenis Afo, Tibobo, Tauro, Sibela, Indari, Air mata, Dokiri dan Daun Buntal.
2. Cengkeh liar, yakni cengkeh berjenis Raja, Amahusu, Haria gunung, dan cengkeh hutan bogor.
3. Cengkeh budi daya, yakni cengkeh berjenis zanzibar, siputih, sikotok dan ambon.
Cengkeh merupakan salah satu rempah-rempahan yang sering digunakan sebagai agen preservative makanan dan tanaman obat, karena cengkeh memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba, sehingga cengkeh sering digunakan sebagai antiseptis dan antifermentasi.
Cengkeh juga dapat digunakan sebagai desinfektan, analgesik dan anestetik pada gigi berlubang. Kekinian, cengkeh banyak digunakan untuk memproduksi rokok, kosmetik, dan kesehatan.
Di dalam negeri, jenis rempah ini memiliki harga jual sekitar Rp. 120.000/kg dalam bentuk cengkeh kering, namun jika dijual ke luar negeri harganya bisa melonjak mencapai setengah juta rupiah perkilogramnya.
Pohon cengkeh merupakan tanaman endemik Provinsi Maluku, terutama di kepulauan Banda. Selain di Indonesia, pohon ini juga tumbuh subur di Madagaskar dan telah dibudidayakan juga di Zanzibar, India dan Sri Langka.
Adapun tiga metode dalam pembuatan kopi rempah Sumatera Selatan ialah kopi dan rempah dimasak bersama, kopi dan rempah dimasak masing-masing lalu keduanya dicampurkan dan kopi diseduh dengan menggunakan air rempah.
Berita Terkait
-
Usai Ditetapkan Tersangka Korupsi Jalur Kereta Besitang-Langsa, Prasetyo Boeditjahjono Kembali Jadi Tersangka Proyek LRT
-
Sebut Suara Rakyat Suara Tuhan, Cawagub Sumsel Riezky Aprilia: Berdosa jika Mainan Suara Tuhan
-
Kisah Juliana, Gadis Suku Anak Dalam Peraih Gelar Sarjana Pertama yang Ingin Menjaga Hutan!
-
Manipulasi Dokumen RUPSLB Bank Sumsel Babel, Bareskrim Tetapkan 3 Tersangka
-
Profil Endre Saifoel, Mantan Anggota DPR RI Asal Sumbar Tersandung Kasus Dugaan Korupsi Tambang Batu Bara di Sumsel
Tag
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Jordi Onsu Terang-terangan Ngaku Temukan Ketenangan dalam Islam
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
Pilihan
-
Neta Hentikan Produksi Mobil Listrik Akibat Penjualan Anjlok
-
Saldo Pelaku UMKM dari QRIS Nggak Bisa Cair, Begini Respon Menteri UMKM
-
Tiket Kereta Api untuk Libur Nataru Mulai Bisa Dipesan Hari Ini
-
Review DADOO: Nostalgia Game Ular Tangga yang Bisa Main Multiplayer Secara Online
-
Lucky Hakim Sebut Indramayu Daerah Termiskin & Bupatinya Terkaya di Jabar, Cek Faktanya
Terkini
-
BRI Fellowship Journalism 2025: Beasiswa S2 Plus Pelatihan Keuangan untuk Jurnalis
-
LIVE Malam Ini! Debat Kedua Pilwalko Palembang: Siapa Punya Solusi Pembangunan?
-
Breaking News: Gedung PLN WS2JB Terbakar, Penyebab Masih Diselidiki
-
Leadership Camp GenBI: Bukan Cuma Pintar, Tapi Juga Kreatif dan Inspiratif
-
BRI Minta Nasabah untuk Tingkatkan Kewaspadaan dengan Edukasi