Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 19 Oktober 2020 | 16:10 WIB
Fitur yang mengingatkan komitmen menjaga keselamatan dan kesehatan selama pandemi covid 19 (Tasmalinda/suara.com)

SuaraSumsel.id - Wabah virus corona atau covid 19 telah setengah tahun di Indonesia. Upaya pencegahan terus disosialisasikan agar penyebarannya dapat diminimalisir guna menekan korban jiwa lebih banyak.

Itulah kenapa upaya pencegahannya selalu diingatkan dengan tiga hal sederhana, yakni wajib menggunakan masker, rajin mencuci tangan dan menjaga jarak aman dengan orang lain.

Bagi Mita, 21 tahun, mahasiswi universitas negeri di Palembang, kondisi pandemi virus memberikan banyak pelajaran baginya, terutama gaya hidup saling menjaga antar sesama.

Ia menceritakan sejak pandemi yang mengakibatkan korban jiwa di Palembang, dia semakin memahami bahwa menjaga kesehatan diri berarti juga menjaga keselamatan orang lain.

Baca Juga: KPU Sumsel Menilai Gugatan Petahana Ogan Ilir ke MA Sah

“Dahulu, kita egois ya, karena memahami kesehatan ialah kebutuhan sendiri. Tapi sejak pandemi, saya semakin memahami, jika menjaga kesehatan diri ialah bentuk menjaga orang-orang di sekitar kita,” ujarnya kepada suara.com, Sabtu (17/10/2020).

Mahasiswi kelahiran Palembang ini mengungkapkan kesadaran hidup bersih dan sehat sering dimaknai hanya sebagai upaya hidup bagi diri sendiri.

Itu kenapa seseorang akhirnya cendrung memiliki paradigma yang egois.

Ia mencontohkan ketika bertemu dengan seorang perokok, sering juga mereka marah saat diingatkan tentang asap rokoknya. Sifat egois muncul dengan dalih, bahwa jika merokok hanya akan merugikan sang perokok sendiri.

“Atau saat kita mengingatkan seorang pengendara sepeda motor agar menggunakan helm. Saat mereka lalai, akibatnya juga akan merugikan pengendara lainnya. Saat terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan lalu lintas, bisa jadi merugikan orang lain,” imbuhnya.

Baca Juga: Musim Hujan, Ini Lima Wilayah Sumsel Berpotensi Longsor dan Puting Beliung

Di massa pandemi, Mita mengakui ia perlu peduli kepada orang lain. Seperti halnya, mengingatkan orang menggunakan masker, menjaga jarak dan protokol kesehatan lainnya.

“Awalnya terasa canggung. Apalagi, jika yang diingatkan malah menjadi kesal, seperti terasa tidak terima,” katanya.

Termasuk, sambung ia, kepada pengendara ojek online.

Sebagai mahasiswa yang sering tidak membawa kendaraan pribadi, Mita ialah pengguna setia ojek online. Pilihan transportasi ini dinilai lebih praktis saat mensiasati kemacetan di kota Palembang.

“Apalagi, saya juga lagi mencoba jadi pedagang produk kain Palembang. Pilihan transportasi akan membantu mobilitas agar cepat sampai tujuan,” ungkap ia.

Tapi, ia sempat khawatir memilih ojek online pada situasi pandemi dengan alasan keamanan protokol kesehatan. Saat kota Palembang dua kali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar, juga sempat menambah kekhawatiran ketika harus berkendara dengan ojek online.

“Jadi, dua kali PSBB pilihannya utama harus pakai mobil dan itu cukup merepotkan,” ucapnya.

Sejalan dengan upaya pembatasan sosial yang dikenalkan pemerintah yang lebih populer dengan budaya kehidupan normal baru atau new normal, banyak upaya adaptasi yang dilakukan berbagai pihak.

Seperti slogan selalu ada jalan. Penyedia aplikasi Gojek berupaya meningkatkan keamanan dan kenyamanan pelanggannya dengan tiga inovasi terbaru, yakni alat pelindung pengendara, fitur komitmen keamanan terhadap protokol J3K dan fitur foto selfie verifikasi masker.

Mita mengatakan sudah pernah mendapatkan ojek online yang memasang fasilitas combo shield dan pernah mencoba fitur selfie verifikasi masker.

“Menurut saya, itu merupakan inisiatif dan inovasi yang menarik, karena kita juga diingatkan untuk saling menjaga kesehatan bersama. Sebuah gaya hidup baru,” tutup Mita.

Dalam keterangan persnya, Chief of Corporate Affairs Gojek, Nila Marita mengungkapkan pada situasi pandemi ini, kebersihan dan keamanan telah menjadi gaya hidup masyarakat termasuk saat berpergian.

“Sejak awal pandemi, Gojek telah sigap melakukan berbagai penyesuaian yang mengedepankan aspek kebersihan, kesehatan dan keamanan lewat inisiatif J3K, yakni Jaga Kesehatan, Jaga Kebersihan dan Jaga Keamanan, tanpa dibebani biaya tambahan,” terang Nila.

Salah satu dari inovasi terbaru bersifat non-teknologi guna menjaga kesehatan mitra pengendara dan pengguna selama perjalanan, ialah fasilitas alat perlindungan pengendara.

Alat ini berupa sekat pelindung yang menjadi pembatas antara mitra driver dan pelanggan sekaligus J3K shield berupa pelindung wajah tambahan yang bisa ditempel di kaca helm pengendara yang berfungsi mengurangi resiko penyebaran virus.

“Fasilitas alat pelindung pengendara telah didistribusikan pada lebih dari 36.000 mitra, dan akan berlanjut secara bertahap. Baik sekat pelindung atau J3K shield dibagikan sesuai dengan kebutuhan driver (pengendara) di lapangan,” terang ia.

Inovasi lainnya yakni fitur Komitmen keamanan terhadap protokol J3K pada aplikasi pelanggan saat memesan 3 layanan pilihan. Pada fitur ini, pelanggan diwajibkan menekan tombol sebagai persetujuan dan komitmen menjalan protokol kesehatan.

Protokol kesehatannya ialah menggunakan masker, tidak berpergian saat tubuh kurang sehat, mencuci tangan sebelum dan sesudah menaiki kendaraan serta mengupayakan pembayaran non tunai.

“Mitra kami juga berhak, membatalkan pesanan jika pelanggan tidak mematuhi protokol kesehatan. Fitur ini dihadirkan untuk memberikan ketenangan bagi mitra driver serta pelanggan berikutnya saat bepergian bersama Gojek,” terang ia.

Fitur lainnya ialah ceklis protokol J3K serta selfie verifikasi masker di aplikasi mitra driver sebagai syarat wajib setiap akan beroperasi.

Di fitur Ceklis Protokol J3K, mitra wajib menyatakan jika ia dalam keadaan sehat, rutin mencuci tangan, telah mendisinfeksi kendaraan, akan menjaga jarak selagi menunggu orderan, dan menggunakan masker.

“Kemudian, mitra driver diwajibkan melakukan foto verifikasi masker dengan cara berfoto selfie guna memastikan bahwa ia menggunakan masker dengan cara yang tepat dan sesuai dengan protokol kesehatan. Rangkaian inovasi J3K dari Gojek terbukti membantu konsumen beradaptasi semasa pandemi, sehingga mereka terus terus mengandalkan Gojek untuk beraktivitas,” tutup ia.

Riset terbaru Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menemukan bahwa mayoritas konsumen (93%) menganggap keamanan layanan Gojek lebih baik dari standar industri. 

Sosiolog dari Universitas Sriwijaya mengatakan kondisi pandemi telah menciptakan internalisasi pemahaman yang terbentuk dari pola perilaku masyarakat, seperti halnya kebiasaan menggunakan masker dan lebih bergaya hidup sehat.

Sebagaiamana masyarakat Sumsel yang cendrung egaliter, pemahaman hidup sehat perlu ditanamkan melalui contoh dan tindakan konkret dan nyata.

“Sehingga memang mengenalkan budaya baru harus dimulai dari langkah-langkah inovatif yang sangat perlu didorong oleh Pemerintah sehingga mudah diterima oleh masyarakatnya,” ungkap ia.

Tulisan ini untuk mengikuti lomba tulisan jurnalistik yang diselenggarakan Gojek bersama dengan AJI.

Load More