Nyala dari Tepian Musi: Kilang Plaju dan Sinergi Pertamina One Menjaga Energi Negeri

Setiap tetes minyak yang sampai ke kilang ini adalah hasil kerja banyak tangan, ujar Siti Fauzia, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III Plaju.

Tasmalinda
Rabu, 29 Oktober 2025 | 09:37 WIB
Nyala dari Tepian Musi: Kilang Plaju dan Sinergi Pertamina One Menjaga Energi Negeri
aktivitas Pertamina kilang Plaju [dok]
Baca 10 detik
  • Kilang Pertamina RU III Plaju menjadi simbol ketangguhan energi nasional di tepian Sungai Musi.

  • Sistem Pertamina One menyatukan kilang, logistik laut, dan distribusi energi dalam satu nadi efisiensi.

  • Para pekerja Plaju menjaga agar nyala energi negeri tetap hidup dari laut hingga dapur rakyat.

Sungai Musi, yang sejak abad ke-7 menjadi urat nadi perdagangan Sriwijaya, kini kembali memikul peran yang sama yakni menjadi jalur penghubung kehidupan. Jika dulu kapal-kapal membawa damar, rotan, dan rempah, kini kapal tanker mengangkut minyak mentah, tentu sama-sama simbol kemakmuran.

“Semangat maritim itulah yang membuat Plaju istimewa. Kami tidak hanya bicara tentang minyak, tapi juga tentang karakter. Dari Sungai Musi, kami belajar ketangguhan dan kerja sama. Itulah yang membuat sistem ini hidup,” ucapnya..

Kilang ini adalah saksi sejarah panjang perjalanan energi Indonesia yakni dari era kolonial, masa nasionalisasi, hingga kini menjadi pionir transformasi hijau. Seperti halnya Sriwijaya dulu menjadi poros perdagangan Asia Tenggara, Plaju kini menjadi poros distribusi energi yang menjaga keseimbangan nasional.

Kilang Pertamina Plaju
Kilang Pertamina Plaju

Dari Api ke Kehidupan: Jejak Hijau Plaju

Baca Juga:Menebus Jejak Karbon: Api yang Kini Menyembuhkan Bumi

Transformasi Plaju tidak berhenti pada efisiensi sistem. Di bawah kebijakan energi nasional yang kini diarahkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, RU III menjadi bagian dari proyek strategis dekarbonisasi nasional.

Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB 2025, Presiden menegaskan jika Indonesia memilih untuk bertindak nyata menghadapi perubahan iklim. Kami akan menanam kembali hutan, memberdayakan masyarakat dengan pekerjaan hijau, dan membangun kemandirian energi berbasis sumber daya nasional.

RU III Plaju menjawab seruan itu dengan langkah konkret. Melalui program Waste Heat Recovery dan Zero Flaring, kilang ini menurunkan emisi hingga 300 ribu ton CO per tahun, sementara sistem Digital Energy Management menghemat lebih dari 5 juta gigajoule energi.

Tak hanya itu, Plaju kini menjadi bagian dari pengembangan Green Refinery Program, memproses minyak sawit murni (RBDPO) bersama crude oil untuk menghasilkan Green Gasoline dan Biosolar B-40. Inilah bukti bahwa kilang tua bisa bertransformasi menjadi kilang masa depan, tanpa kehilangan akarnya pada sejarah. “Kilang ini harus relevan di masa depan. Dan relevansi itu bukan soal umur, tapi soal kemampuan beradaptasi,” ujarnya menegaskan.

Di luar pagar kilang, Sungai Musi terus mengalir. Arusnya membawa kisah lama tentang kejayaan dan ketekunan. Dan kini, di tepian sungai yang sama, generasi baru Plaju menulis kisahnya sendiri, bukan dengan layar dan angin, tapi dengan pipa, sensor, dan api.

Baca Juga:Saat Energi Menetes Jadi Madu: Dari Hulu Migas ke Hulu Kehidupan

Malam turun di Plaju. Lampu-lampu di menara distilasi menyalakan langit Palembang. Di kejauhan, cahaya dari flare stack menari lembut seperti obor Sriwijaya yang terus menyala. Di dermaga, kapal kecil bersandar, membawa kiriman crude terakhir hari itu. Suara mesin, radio komunikasi, dan debur sungai berpadu dalam harmoni yang hanya dikenal oleh mereka yang bekerja di dunia energi.

Plaju bukan sekadar lokasi industri. Ia adalah rumah dari semangat manusia yang tidak kenal lelah, dari para teknisi, operator, pelaut, hingga petugas keamanan yang memastikan api di menara itu tetap menyala. “Selama api itu hidup, kami tahu negeri ini masih punya harapan,” pungkas Siti.

Energi yang diolah di Plaju bukan sekadar angka dalam laporan produksi. Ia adalah nyala yang menerangi dapur rakyat, rumah nelayan, bengkel, sekolah, dan kapal di tengah laut. Dari pipa-pipa baja yang berdenyut, mengalir bukan hanya minyak, tapi juga nilai kemanusiaan.

Dulu Sriwijaya menjaga kejayaan lewat jalur rempah. Kini Plaju menjaga keberlanjutan lewat jalur energi dan seperti Sungai Musi yang tak pernah berhenti mengalir, semangat itu pun tak pernah padam.

Di tepian sungai inilah, Indonesia menatap masa depan dengan api yang menerangi kehidupan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak