Tak Kuasa Menahan Tangis, Ayah Serahkan Tiga Anaknya ke Panti Asuhan karena Tak Sanggup Biayai

Ia adalah Huang Guowei, seorang ayah tunggal yang terpaksa menyerahkan ketiga anaknya ke panti asuhan karena tak lagi sanggup menanggung biaya hidup.

Tasmalinda
Minggu, 19 Oktober 2025 | 13:24 WIB
Tak Kuasa Menahan Tangis, Ayah Serahkan Tiga Anaknya ke Panti Asuhan karena Tak Sanggup Biayai
Ilustrasi panti asuhan. Panti asuhan di Sekayu dibohongi donatur [Antara]
Baca 10 detik
  • Huang Guowei, sopir truk di Kuala Lumpur, menyerahkan tiga anaknya ke panti asuhan karena tak mampu membiayai hidup.

  • Ia hanya makan seadanya demi menghemat untuk anak-anaknya, tapi tetap tak mencukupi.

  • Kisahnya viral dan mengundang empati warganet yang berharap keluarga itu bisa berkumpul kembali.

SuaraSumsel.id - Di sebuah panti asuhan kecil di pinggiran Kuala Lumpur, seorang ayah tampak berdiri lama di depan gerbang.

Matanya sembab, bibirnya bergetar, dan suaranya tercekat saat mengucapkan kata perpisahan kepada tiga buah hati yang paling ia cintai.

Ia adalah Huang Guowei, seorang ayah tunggal yang terpaksa menyerahkan ketiga anaknya ke panti asuhan karena tak lagi sanggup menanggung biaya hidup.

“Saya Hanya Ingin Mereka Bisa Makan dan Sekolah”

Baca Juga:Viral Pemuda Nyamar Jadi Perempuan demi Masuk Asrama Unsri, Akhirnya Ketahuan

Huang bekerja sebagai sopir truk di perusahaan konstruksi di Kuala Lumpur. Setelah bercerai dengan istrinya yang berasal dari Vietnam, ia memperoleh hak asuh penuh atas anak-anaknya.

Sejak itu, kehidupannya berubah total. Ia harus menjadi ayah sekaligus ibu, berjuang sendirian menghidupi keluarga kecilnya di tengah tekanan ekonomi yang kian berat.

“Saya hanya ingin mereka makan cukup dan bisa sekolah… tapi saya tak sanggup lagi,” kata Huang dengan suara parau, menunduk menahan tangis.

Setiap hari, Huang berangkat kerja sejak pagi buta dan pulang larut malam.

Ia berusaha menghemat sekuat tenaga: secangkir kopi untuk sarapan, sepotong roti untuk makan siang, dan sepiring nasi sederhana untuk makan malam.

Namun, gaji sopir truk yang pas-pasan tak mampu menutup kebutuhan tiga anak yang mulai beranjak sekolah.
Tagihan sewa rumah, uang sekolah, dan biaya makan perlahan membuatnya terdesak.

Baca Juga:Ketika Tawa Menjadi Luka: Kisah di Balik Video Bullying Siswi SMP di Muratara yang Viral

“Saya sudah coba bertahan, tapi kalau terus begini, mereka justru akan kekurangan,” ujarnya lirih.

Hari itu, suasana panti asuhan menjadi saksi keputusan terberat dalam hidup Huang. Ia memeluk anak-anaknya satu per satu, mencium kening mereka dengan tangan yang bergetar.

Ketiga anaknya, yang masih kecil, belum sepenuhnya mengerti arti perpisahan itu.

“Nanti ayah jemput ya… tunggu ayah,” ucapnya pelan, sebelum air matanya pecah di pelukan sang putri bungsu.

Petugas panti mencoba menenangkan Huang, namun ia tak sanggup beranjak. Beberapa menit kemudian, dengan langkah berat, ia meninggalkan halaman panti — menatap sekali lagi anak-anaknya yang melambai dari balik pagar.

Kisah Huang menyebar luas di media sosial Malaysia dan menimbulkan gelombang empati.
Banyak warganet mengaku tak kuasa menahan air mata, terutama saat melihat foto dirinya menunduk di depan gerbang panti asuhan.

“Ayah yang luar biasa, meski berat, dia tetap memikirkan masa depan anaknya.”

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak