SuaraSumsel.id - Pagi di Palembang selalu datang dengan caranya sendiri.
Mentari menembus kabut Sungai Musi, menebar hangat di wajah-wajah siswa SMA Negeri 18.
Lorong utama sekolah bergema dengan langkah 800 siswa, sementara notifikasi Skul.id berdenting lembut seperti musik pagi, menandai bahwa hari ini bukan sekadar hari biasa.
Heru Supeno, Kepala Sekolah, menatap layar tablet di tangannya.
Baca Juga:Siapa Otak di Balik Kerusuhan Palembang Dini Hari? Massa Bermotor Rusak DPRD dan Pos Polisi
Matanya yang penuh ketegasan kini bersinar hangat. “Ini bukan sekadar aplikasi,” katanya.
“Ini jembatan antara disiplin, kemandirian, dan karakter. Teknologi menanam benih masa depan yang cerdas dan berbudi pekerti.” ujarnya optimis.
Dua tahun lalu, tepatnya sebelum pandemi Covid-19, sekolah ini menghadapi rutinas pendidikan konvensional. Absensi manual yang melelahkan, tumpukan tugas menumpuk di meja guru, serta siswa yang kesulitan mandiri membuat setiap hari terasa berat.
Segalanya berubah ketika Telkomsel hadir dengan program CSR pendidikan yang menghadirkan Skul.id. Meski sekolah ini, pun sebelumnya sudah memiliki aplikasi sendiri, sebagai penyesuaian pembelajaran saat pendemi, seperti skul.id.
Bukan sekadar aplikasi, Skul.id adalah laboratorium digital yang mengubah cara belajar, mengajar, dan berinteraksi.
Baca Juga:Kerusuhan Pecah di Palembang, Herman Deru Tegaskan Aksi Bukan Demo tapi Kesengajaan
Semua aktivitas kini terpusat di satu platform—mulai dari membaca artikel dan eBook, meninjau histori dan catatan sikap, mengirim izin atau pesan, melakukan presensi dan memantau jadwal, memeriksa nilai dan e-Rapor, hingga mengakses kelas virtual dan fitur Tugasku.
Wali kelas pun dapat memantau perkembangan tiap siswa, memberikan arahan, dan membimbing lebih personal.
Koin Skul.id memberi penghargaan bagi siswa yang aktif dan kreatif, sementara orang tua terhubung langsung untuk memantau absensi, jadwal, dan catatan sikap anak mereka.

Ibu Eka Rahmi, admin yang mengelola seluruh sistem digital sekolah, adalah saksi nyata perubahan ini.
Pengabdiannya tak hanya pada pengaturan platform, tetapi atas arahan kepala sekolah juga mendorong guru dan siswa beradaptasi dengan pembelajaran digital.
“Awalnya memang butuh adaptasi, sama-sama belajar karena ada pelatihan dari tim Telkomsel,” kata Eka sambil tersenyum.
“Pelatihan dari Telkomsel membuka mata saya. Kini saya bisa memantau presensi, Tugasku, nilai, dan catatan sikap dengan mudah, membantu guru mengoptimalkan pembelajaran, dan siswa lebih mandiri. Bahkan saya mendapatkan penghargaan sebagai admin teraktif dan berkesempatan mengikuti program edukasi ke Singapura. Pengalaman itu membuka wawasan saya tentang pendidikan digital di level internasional,” sambungnya.
Ardi, siswa kelas XI IPA, tersenyum saat menceritakan pengalamannya.
“Sekarang saya bisa melihat jadwal, mengumpulkan tugas, membaca eBook, dan memantau nilai sendiri. Rasanya seperti punya guru pribadi di saku saya.” ungkap Ardi.
“Setiap klik, setiap laporan, setiap modul yang diunggah bukan sekadar tugas administratif. Itu adalah cara saya menyalakan semangat belajar siswa dan membantu guru menyesuaikan diri dengan zaman,” sambunya
Hasilnya terlihat jelas.
Tingkat kelulusan meningkat setiap tahunnya.
Guru yang mencapai 76 orang pun beradaptasi dengan modul digital, dan lebih 80 persen di antaranya mampu lebih produktif kreativitas modul mereka.
Angka-angka itu bukan sekadar statistik, melainkan cermin perubahan yakni anak-anak makin mampu belajar mandiri, guru menemukan cara mengajar lebih efektif serta orang tua yang ikut terlibat.
Orang tua pun merasa lebih dekat dengan anak-anak mereka.
Ibu Lestari, orang tua siswa kelas XI, tersenyum melihat anaknya belajar disiplin.
“Dulu saya khawatir anak-anak tidak terpantau, tapi sekarang saya bisa memantau dari rumah lewat fitur presensi, nilai, dan catatan sikap. Mereka belajar mandiri, tapi tetap berada di jalur yang benar,” sambungnya.
Kehadiran Skul.id menjadikan rumah dan sekolah sebagai mitra dalam mendidik karakter, disiplin, dan kompetensi anak.
CSR Telkomsel tidak berhenti hanya pada aplikasi.

Mereka pun menyediakan infrastruktur lengkap, termasuk 10 titik repeater, Civitor, dan WiFi Mobile Orbit. Pelatihan guru, reward, dan akses kompetisi internasional menjadikan Skul.id program lengkap yang membentuk ekosistem belajar digital, memadukan teknologi, karakter, dan prestasi akademik.
Heru Supeno menegaskan jika CSR Telkomsel benar-benar mengubah cara mendidik.
"Anak-anak cerdas dan disiplin, guru inovatif, orang tua ikut mendukung. Semua berkat teknologi yang menjadi inspirasi nyata, bukan sekadar alat,” sambung ia.
Di kelas hybrid, layar digital menyalakan wajah-wajah penuh semangat.
Notifikasi Skul.id seperti bintang-bintang yang menuntun langkah mereka. Guru menjadi pelukis ilmu, siswa menjadi petualang pengetahuan, dan orang tua menjadi pengawal dari kejauhan.
Setiap fitur—artikel, eBook, histori, izin, pesan, presensi, jadwal, nilai, kelas virtual, Tugasku, catatan sikap, wali kelas, koin Skul.id, dan e-Rapor menjadi benih masa depan yang tumbuh di tanah digital, namun berakar pada budi pekerti, agama, dan budaya.
Heru menutup hari dengan kata-kata yang membekas:
“Teknologi hanyalah alat. Yang terpenting juga ialah membentuk karakter, menumbuhkan kemandirian, dan mempersiapkan 800 siswa serta 76 guru menghadapi dunia nyata. Di sini, masa depan belajar bukan sekadar dimulai, ia disulam, dijaga, dan dipersembahkan.”
Di SMA Negeri 18 Palembang, masa depan belajar tidak hanya hadir dalam layar, tetapi hidup di hati setiap siswa, guru, dan orang tua, sebuah simfoni digital yang menyalakan jiwa, kreativitas, dan karakter bangsa.