Youth NEET Sumsel Mencengangkan! 1 dari 5 Anak Muda Tak Sekolah dan Tak Bekerja

Fenomena Youth NEET atau generasi muda yang tidak bekerja, tidak bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan kembali menjadi sorotan serius di Sumatera Selatan (Sumsel).

Tasmalinda
Senin, 23 Juni 2025 | 12:02 WIB
Youth NEET Sumsel Mencengangkan! 1 dari 5 Anak Muda Tak Sekolah dan Tak Bekerja
generasi muda menganggur di Sumatera Selatan

SuaraSumsel.id - Fenomena Youth NEET atau Not in Education, Employment, or Training yang diartikan sebagai generasi muda yang tidak bekerja, tidak bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan kembali menjadi sorotan serius di Sumatera Selatan (Sumsel).

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan, pada tahun 2024 tercatat sebanyak 23,14 persen penduduk usia muda atau kisaran 15-24 tahun di Sumsel masuk kategori NEET.

Data ini menunjukkan jika 1 dari 5 anak muda Sumsel hari ini berada dalam kondisi rentan tanpa aktivitas produktif yang bisa menunjang masa depan mereka.

Meski angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan 2023 yang mencapai 23,37 persen, persoalan ini tetap menjadi bom waktu yang bisa merugikan banyak pihak sehingga jika tidak segera ditangani serius.

Baca Juga:Bukan di Bumi Sriwijaya, Ini Alasan Sumsel United Pilih Jakabaring untuk Latihan Perdana

generasi muda menganggur di Sumatera Selatan
generasi muda menganggur di Sumatera Selatan

Mengapa Youth NEET Jadi Masalah Besar?

Youth NEET bukan sekadar angka statistik.

Dampaknya nyata. Jika tidak ditangani, Sumsel bisa kehilangan potensi bonus demografi yang menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, Youth NEET berisiko menciptakan pengangguran jangka panjang, menambah beban sosial dan ekonomi keluarga serta pemerintah, memperbesar kesenjangan sosial, dan memutus akses generasi muda terhadap pengembangan diri.

Lebih mengkhawatirkan lagi, angka NEET perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Baca Juga:Profil Harry Gale, Bankir Senior yang Jadi Dirut Bank Sumsel Babel

Data BPS ini juga mencatat, Youth NEET perempuan di Sumsel mencapai 30,19 persen, sedangkan laki-laki di sekitaran 16,48 persen.

Fenomena ini menunjukkan banyak perempuan usia muda di Sumsel masih terbebani peran domestik, seperti pekerjaan rumah tangga, yang akhirnya menghambat mereka untuk melanjutkan pendidikan atau malah untuk berkarier.

generasi muda di Sumatera Selatan
generasi muda di Sumatera Selatan

Apa Penyebabnya?

Fenomena anak muda yang masuk kategori NEET atau diartikan Not in Education, Employment, or Training di Sumatera Selatan kian mengkhawatirkan.

Ada beragam faktor yang menjadi penyebab mereka terjebak dalam kondisi ini.

Salah satunya adalah rasa putus asa yang muncul akibat kegagalan berulang dalam mendapatkan pekerjaan atau melanjutkan pendidikan.

Banyak dari mereka akhirnya memilih menyerah sebelum berjuang lebih jauh.

Selain itu, anak muda penyandang disabilitas juga sering menghadapi tantangan berlipat ganda, mulai dari minimnya akses fasilitas pendidikan hingga sulitnya mendapatkan pekerjaan yang ramah disabilitas.

Keterbatasan akses terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan juga menjadi faktor krusial. Tidak semua wilayah di Sumsel memiliki lembaga pelatihan atau sekolah vokasi yang memadai, sehingga potensi generasi muda sulit berkembang.

Belum lagi masalah keterbatasan biaya, yang membuat banyak keluarga tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

Di sisi lain, ada pula anak muda, khususnya perempuan, yang harus memikul tanggung jawab pekerjaan rumah tangga.

Situasi ini membuat ruang gerak mereka semakin terbatas untuk menata masa depan.

Semua faktor ini saling berkaitan, menciptakan lingkaran yang sulit diputus jika tidak ada intervensi serius dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menjadi bom waktu yang mengancam bonus demografi Indonesia, termasuk di Sumatera Selatan.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka generasi emas Sumatera Selatan bisa berubah menjadi generasi yang kehilangan harapan dan kesempatan.

Apa Solusinya?

generasi muda di Sumatera Selatan
generasi muda di Sumatera Selatan

Untuk menjawab tantangan tingginya angka Youth NEET di Sumatera Selatan, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel telah memetakan sejumlah langkah strategis yang bisa menjadi solusi konkret.

Kepala BPS Sumatera Selatan, Wahyu Yulianto menerangkan jika salah satunya adalah dengan memperluas akses dan meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga generasi muda memiliki bekal keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Selain itu, pelatihan dan peningkatan keterampilan (upskilling) harus terus didorong, terutama yang sesuai dengan perkembangan industri, termasuk teknologi dan digital.

Penciptaan lapangan kerja yang ramah pemuda juga menjadi fokus penting, khususnya di sektor kreatif dan digital yang kini semakin berkembang.

Tak kalah penting, BPS juga menyoroti perlunya fasilitasi wirausaha bagi generasi muda, agar mereka tidak hanya bergantung pada pekerjaan formal, tetapi juga mampu mandiri secara ekonomi.

Di sisi lain, perhatian khusus juga harus diberikan kepada pemuda rentan, termasuk penyandang disabilitas dan perempuan, agar tidak semakin tertinggal.

Untuk mendukung itu semua, penguatan layanan bimbingan karier dan transisi sekolah-ke-kerja menjadi kunci agar anak muda memiliki panduan yang jelas dalam merancang masa depannya.

Jika langkah-langkah ini dijalankan secara konsisten dan melibatkan berbagai pihak, Sumatera Selatan bisa memetik manfaat besar dari bonus demografi yang dimiliki.

Jika semua pihak berkolaborasi, dari pemerintah, swasta, hingga masyarakat, Sumatera Selatan berpotensi memiliki generasi muda yang lebih siap bersaing dan berdaya saing tinggi di masa depan.

Jangan biarkan angka 23,14 persen itu jadi warisan bagi anak cucu kita. Ini saatnya bergerak bersama, menyelamatkan masa depan generasi muda Sumsel!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini