Selain itu, lonjakan harga emas yang kini menjadi tren investasi di kalangan warga, turut memengaruhi inflasi di Sumsel, menjadikan 2025 sebagai tahun dengan inflasi tertinggi.
Wahyu menjelaskan bahwa beberapa faktor utama yang mendorong lonjakan ini adalah penghentian insentif diskon listrik untuk pelanggan rumah tangga berdaya ≤2200 VA yang mulai berlaku pada Februari 2025.
"Kenaikan harga emas perhiasan dan tarif listrik menjadi andil terbesar Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami inflasi sebesar 1,39 persen pada April 2025," ujar Wahyu dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis (1/5/2025).
Kenaikan harga emas perhiasan yang semakin melambung, ditambah dengan tarif listrik yang semakin tinggi, memberikan dampak yang cukup besar terhadap daya beli masyarakat di Sumsel, yang akhirnya berujung pada meningkatnya angka inflasi.
Baca Juga:Iuran Wajib Wisuda Sekolah Dasar Rp300 Ribu di Palembang Picu Protes
Hal ini semakin memperburuk situasi ekonomi warga yang sudah terbebani oleh pengeluaran yang terus meningkat.
Di satu sisi, investasi emas memang menjanjikan keuntungan bagi banyak orang, namun di sisi lain, lonjakan permintaan yang terus meningkat juga menambah beban ekonomi.
Meskipun masyarakat Palembang tidak bisa sepenuhnya menghindari inflasi, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa salah satu penyebabnya berasal dari kebiasaan investasi yang kini menjadi budaya.
Sementara itu, toko-toko emas di kota terus berjualan.
Emas tetap mengkilap, tetapi di balik kilauannya, masyarakat Palembang mulai merasakan dampak inflasi yang semakin menekan daya beli mereka.
Baca Juga:Bank Sumsel Babel Perkuat Program GEBRAK Palembang dengan Bantuan CSR