Bulog Hadapi Tantangan Kualitas Beras di Sumsel Karena Masa Panen Singkat

Kendala dalam penyerapan beras oleh Bulog itu bukan disebabkan harga pembelian pemerintah (HPP) yang rendah, akan tetapi kualitas beras yang kurang baik.

Tasmalinda
Rabu, 24 April 2024 | 21:54 WIB
Bulog Hadapi Tantangan Kualitas Beras di Sumsel Karena Masa Panen Singkat
Pekerja mengangkut beras saat proses penyaluran beras ke pasar-pasar di Gudang Perum BULOG Sub Divre Serang, Banten, Senin (5/4/2021). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

SuaraSumsel.id - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan pihaknya mengoptimalkan penyerapan beras di Sumatera Selatan (Sumsel) karena provinsi itu menjadi salah satu daerah yang mampu berkontribusi untuk pengadaan stok nasional di Bulog.

Bayu mengatakan jika Sumsel lebih awal dalam pengadaan untuk stok dalam negeri. Daerah-daerah yang cukup dominan memberikan pasokan seperti di Banyuasin, OKU, OKI, OI dan sekitarnya.

"Sumsel merupakan salah satu daerah penyumbang stok beras terbanyak untuk Bulog. Sehingga, kami mengoptimalkan penyerapan beras di Sumsel dengan cara berdiskusi bersama mitra dan perusahaan penggilingan supaya memaksimalkan pengadaan beras," katanya.

Dari hasil tersebut, mereka menyampaikan ada beberapa tantangan dalam pengadaan beras, seperti rentang waktu masa panen di Sumsel relatif pendek sehingga terjadi perebutan beras antara Bulog dan pihak lainnya.

Baca Juga:Lebaran Berujung Perpisahan, Pernikahan di Palembang Alami Lonjakan Perceraian

Lalu, kemungkinan diduga masalah pupuk dan periode masa tanam yang mundur akibat El Nino maka kualitas beras dihasilkan kurang bagus yang memiliki rata-rata beras pecah (broken rice) di atas ketentuan Bulog.

"Bulog memiliki ketentuan dalam penyerapan beras CBP Medium dengan toleransi maksimal 20 persen beras pecah dan juga kadar air maksimal 14 persen, sedangkan untuk penyerapan beras Komersial Premium dengan toleransi beras pecah maksimal 15 persen dengan kadar air maksimal 14 persen. Sehingga, dua hal ini yang menjadi tantangan oleh para mitra dan pengusaha penggilingan di Sumsel," katanya.

Bulog mengupayakan berbagai cara untuk mengoptimalkan penyerapan beras, yaitu membuka gudang pasokan beras di hari libur.

"Kami juga mengembangkan program gabah beras ke petani secara langsung untuk mengoptimalkan penyerapan beras," ujarnya.

Dengan upaya tersebut, katanya, dapat mencapai target penyerapan beras di Sumsel pada Tahun 2024 sebanyak 40.500 ton, meski saat realisasi saat ini sebanyak 5.400 ton.

Baca Juga:Terdapat 800 Titik Parkir yang Resmi, Palembang Terasa Lebih Nyaman?

"Saat ini realisasi penyerapan beras sebanyak 5.400 ton. Namun, dengan upaya tersebut kami optimistis dapat mencapai target 40.500 ton setara beras yang diserap pada Tahun 2024, baik beras PSO maupun komersial," ucapnya.

Kendala dalam penyerapan beras oleh Bulog itu bukan disebabkan harga pembelian pemerintah (HPP) yang rendah, akan tetapi kualitas beras yang kurang baik.

"Sebenarnya untuk harga HPP gabah dan beras itu telah difleksibilitas mulai dari Rp5.000 menjadi Rp6.000 per kilogram untuk GKP d ipetani dan Rp9.950 menjadi Rp11.000 per kilogram untuk beras beras CBP medium di gudang Bulog. Akan tetapi, kendalanya itu memang dari kualitas gabah/beras yang kurang bagus dan memenuhi ketentuan dari Bulog, sehingga kami tidak dapat melakukan penyerapan," katanya.

Bayu mengimbau seluruh petani agar terus bekerja sama untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas baik dari gabah maupun beras sehingga bisa mendapatkan harga yang tinggi pada masa akan datang.

"Memang hal ini jadi pekerjaan kita semua. Bulog juga bertekad di musim tanam selanjutnya juga akan mengembangkan program mitra petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas. Dalam program ini kami memberikan pupuk, bibit, dan pendampingan supaya bisa meningkatkan kualitasnya," katanya. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini