SuaraSumsel.id - Bulan Ramadan merupakan bulan nan mulia, karena di bulan tersebut terdapat kewajiban ibadah yang bakal diganjar dengan pahala berlimpah. Di bulan Ramadan, terdapat ibadah wajib yang harus dilakukan umat muslim, di antaranya berpuasa.
Sebelum melaksanakan ibadah puasa, diwajibkan membaca doa dan niat. Berikut 6 pilihan bacaan niat puasa Ramadan, dan ada yang laing mudah diingat diantaranya, seperti nomor 4.
Puasa Ramadan dibaca pada malam hari, sejak terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar. Berikut 6 lafal niat yang dipilihkan beberapa versi yang bisa dipilih.
1. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Baca Juga:Semen Baturaja Raih Dua Penghargaan Zero Accident dari Pemprov Sumsel
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya,
“Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Niat di atas berasal dari Kitab Minhajut Thalibin dan Perukunan Melayu. Kata “Ramadhana” merupakan mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda baca akhirnya berupa fathah.
Kata “sanati” diakhiri dengan tanda baca kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr dengan alasan lil mujawarah.
Baca Juga:Rayakan International Womens Day 2024, Ini 13 Desakan Parempuan di Sumsel
2. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya:
“Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Lafal niat di atas dikutip dari Kitab Hasyiyatul Jamal dan Kitab Irsyadul Anam.
Kata “Ramadhani” dianggap sebagai mudhaf ilaihi yang juga menjadi mudhaf sehingga diakhiri dengan kasrah yang menjadi tanda khafadh atau tanda jarr-nya. Sedangkan kata “sanati” diakhiri dengan kasrah sebagai tanda khafadh atau tanda jarr atas musyar ilaih kata "hādzihi" yang menjadi mudhaf ilaihi dari "Ramadhani".
3. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā
Artinya:
“Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
Lafal niat termaktub dalam Kitab Asnal Mathalib.
Kata “Ramadhana” pada niat di atas menjadi mudhaf ilaihi sehingga dibaca khafadh dengan tanda fathah, sedangkan kata “sanata” diakhiri dengan fathah sebagai tanda nashab atas kezharafannya.
4. نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ
Nawaitu shauma Ramadhāna
Artinya:
“Aku berniat puasa bulan Ramadhan.”
5. نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ
Nawaitu shaumal ghadi min hādzihis sanati ‘an fardhi Ramadhāna
Artinya:
“Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan.”
Pada niat nomor 6 ini dikutip dari Kitab Asnal Mathalib.
6. نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ/عَنْ رَمَضَانَ
Nawaitu shauma ghadin min/'an Ramadhāna
Artinya:
“Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadhan.”
(Disadur dari website NU.or.id)