SuaraSumsel.id - Komunitas anak muda tergolong cukup besar di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Apalagi mereka yang memasuki usia pemilih muda pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 nanti.
Komisi Pemlilihan Umum atau KPU Sumsel mencatat setidaknya hampir 54,09 persen dari daftar pemilih tetap (DPT) merupakan anak muda, yang merupakan millenial, berasal dari gen Y dan gen Z. Jika dikalkulasikan jumlah tersebut mencapai 54,09 persen atau mencapai 3.442.205 pemilih muda di Sumsel pada Pemilu 2024.
Dengan jumlah yang cukup besar tersebut, pemilih muda hendaknya mampu memggunakan suara hak pilih yang dimiliki guna menentukan orang-orang terbaik dan terpercaya bisa menjadi wakil rakyat dan pemimpin negeri.
Bahasan ini apik diulas dalam cuap-cuap politik Utopia yang digelar di Utopia Collaboration Space, Palembang, Sumsel. Cuap-Cuap Politik merupakan aktivitas berkumpul, berdiskusi, berjejaring, sekaligus berkolaborasi yang diusulkan sejumlah penggagas anak muda guna memberikan warna pada politik di daerah, Sumsel.
Baca Juga:Sumsel Terima Dana Hibah Pemilu Sampai Rp 1,4 Triliun
Program ini akan menghadirkan pembicara tetap, yakni dari kalangan akademisi muda, Dwiki Adi Putra SAP MSI, jurnalis media Suara.com, Tasmalinda dan Ketua Forum Admin Media Sosial Sumsel, M Edo.
Pada kesempatan mengenalkan program rutin di Utopia Collaboration Space ini, Dwiki menjabarkan bagaimana potensi suara anak muda mampu memberikan kontribusi besar pada politik di daerah.
"Dengan jumlah pemilih Sumsel berdasarkan data DPT di Sumsel mencapai 6.326.348 orang pemilih. Kelompok katagori anak mudanya mencapai 54,09 persen dari total pemilih tersebut. Maka ini potensi yang besar, agar anak muda di Sumsel bisa melek politik dan menyuarakan suaranya terutama untuk memilih calon-calon yang mereka ketahui kemampuan dan kapabilitasnya," ujar Dwiki dalam kesempatan mengenalkan program Cuap-Cuap Politik Utopia Collaboration Space ini.
Disebutkan Dwiki, pemilih mula atau pemilih muda hendaknya tidak lagi terkukung dalam pemahaman politik dengan dogmatis buruk. Karena sebenarnya mereka pun berperan menentukan orang-orang terpilih yang nantinya menjadi wakil rakyat dan pemimpin negeri.
"Jangan sampai seperti anak muda, terutama mahasiswa malah demonstrasi tapi tidak mengetahui akar persoalannya. Jangan sampai ada pula anak muda yang memilih tapi tidak mengetahui sosok yang dipilih. Karena itu, melek politik ini bersumber dari melek literasi politiknya. Mengingat jumlah kalangan ini besar termasuk di Sumsel," ujarnya.
Baca Juga:Inflasi Sumsel Lebih Tinggi dari Nasional, 6 Solusi Ini Ditempuh Pemprov
Dwiki pun berkeinginan politik harus dibangun berdasarkan kesadaran anak-anak muda atas situasi negaranya, daerahnya sehingga mampu berbuat lebih banyak dengan hak yang diberikan negara, yakni hak bersuara atau menyalurkan pendapat sekaligus hak pilih mereka di pemilu nantinya.
"Bahasan awal saya tadi soal apa itu politik, dan mengapa anak muda perlu berpolitik, guna menentukan arah kehidupan berpolitik di daerah dan nasional. Saatnya, anak muda di Sumsel lebih cakap berpolitik dengan program-program cuap-cuap politik," ucap dosen yang pernah dinobatkan sebagai dosen termuda di Sumsel ini.
Sementara Edo, yang menjadi aktivis media sosial di Sumsel mengungkapkan kelompok anak muda yang besar tersebut ialah juga mereka pengguna smartphone. Mereka tentu berselancar di sejumlah media sosial yang sedang hits saat ini.
Karena itu anak muda akan mengadopsi banyak informasi dari sejumlah media sosial yang tengah hits saat ini seperti instagram sampai TikTok. "Perlu juga anak muda agar melek politik, berselancar yang bijak, mengenal para calon dari sejumlah media sosial dimilikinya. Kritis di media sosial teramat perlu demi kehidupan politik di daerah yang lebih baik," imbuhnya.
Pada pekan ini, acara akan berlanjut dengan menghadirkan komisioner KPU, pengamat politik serta akan dilanjutkan pada pekan-pekan depan dengan memberikan kesempatan kepada para calon legislatif, relawan, sampai timses capres dan cawapres.