Potret Menahun Anak Jalanan di Sumsel: Terdesak Kebutuhan Ekonomi Sampai Jeratan Orang Terdekat

Solusi atas fenomena menahun anak jalanan di Sumsel adalah mampu menjawab permasalahan mereka.

Tasmalinda
Minggu, 24 Juli 2022 | 09:31 WIB
Potret Menahun Anak Jalanan di Sumsel: Terdesak Kebutuhan Ekonomi Sampai Jeratan Orang Terdekat
Anak jalanan di Palembang, Sumatera Selatan [Suara.com/Fadli]

SuaraSumsel.id - Malam kian larut ketika I masih terperangkap di busana badut tokoh kartun yang terkenal di Malaysia ini. Hari ini, dia memerankan menjadi salah satu tokoh kembar di film kartun milik Malaysia tersebut. Modalnya hanya menggerakkan tubuh, agar tampak mirip gaya tokoh kartun yang ia perankan.

Menggemaskan memang, meski begitu tujuannya tetap satu. Pecahan rupiah dari pengendara jalan yang berada di lampu-lampu merah Kota Palembang, Sumatera Selatan yang menaruh iba pada dirinya.

Dengan tinggi tubuh yang belum ideal dengan kostum tokoh kartun tersebut, I masih berusaha menyesuaikan geraknya agar terlihat menggemaskan. Setelah menggerakkan tubuh di hadapan pengendara, ia langsung menadahkan kantong guna mengumpulkan pecahan rupiah.

Malam ini, tampaknya bukan malam baik bagi I. Pecahan rupiah yang terkumpul tidak seperti diinginkan. Apalagi untuk hanya bisa pulang ke rumahnya yang berada di daerah Pusri, Palembang.

Baca Juga:Akhir Pekan di Sumsel, Cuaca Berawan Dengan Potensi Hujan Disertai Petir

Ia tampak hanya mendapatkan beberapa lembar uang dua ribuan, sekaligus koin-koin uang seribu rupiah. Uang tersebut dikumpulkan I, hanya untuk bisa kembali ke rumah serta membeli makan mengisi perut pada malam itu. “Sekolah pagi, terus ke jalan,” ujarnya berusaha ramah saat ditanya pengendara.

Dia pun mengungkapkan pekerjaan ini bukan pekerjaan baru baginya. Di keluarganya, dengan orang tua sudah tidak utuh, ia mengenal dunia anak jalanan. “Biasanya saling tahu, mesti bukan saudara atau keluarga,” akunya. Sama-sama saling berkenalan di jalan hingga akhirnya berteman dan saling kenal satu dengan lainnya.

Kostum tokoh itu pun didapat dari disewa. Kostum tokoh film anak-anak yang sengaja dipilih agar terlihat menghibur. “Sudah dari sekolah dasar atau SD di jalanan, dulu hanya bawa kemoceng,” sambung dia.

Anak sulung ini mengungkapkan jika ibunya pun hidup di jalanan sejak remaja. Sang ibu sempat menikah namun berpisah hingga kini memiliki dua anak yang juga kembali ke jalanan. “ Sudah berpisah, ditinggal pergi. Kami bertiga bergantian ke kawasan lampu merah ini. Adik, siang sama ibu,” ujarnya.

Sudah berumur belasan tahun, I pun mengaku tinggal kelas. Hal itu, tidak lain karena desakan ekonomi yang dihadapi ketika ibu pun berusaha meninggalkan dia bersama sang adik. “Tidak naik kelas, karena jarang masuk. Waktu itu, ibu juga pernah pergi, jadi jaga adik dan cari uang” ujarnya dengan mata berbinar mengisahkan jalan hidup yang harus dihabiskan di jalanan kota Palembang.

Baca Juga:Cerita Getir Pelajar di Sumsel: Disekap Berhari-Hari, Disetubuhi 6 Pria Sampai Dijual Rp 1 Juta

Kostum tokoh kartun tersebut pun diakui I, dibeli dengan cara dibayar beberapa kali dari seseorang kenalan baru. Membeli kostum badut bekas ini sebagai bentuk Inisiatif agar tidak lagi jadi manusia silver yang harus mengecat tubuh saat berinteraksi di jalanan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini