Merayakan Hari Batik dengan Ragam Penutup Kepala Perempuan Nusantara

Perempuan Indonesia punya ragam penutup kepala yang merupakan kebudayaan budaya.

Tasmalinda
Jum'at, 01 Oktober 2021 | 08:30 WIB
Merayakan Hari Batik dengan Ragam Penutup Kepala Perempuan Nusantara
Penggunaan kerudung sebagai identitas perempuan Indonesia [Ist]

“Saya hanya ingin mengenalkan mahakarya nenek moyang. Jiwa seni mereka tidak bisa diduplikasi dengan mudah. Baju lambung dari Suku Sasak, misalnya, bermakna kasih sayang pada sesama yang harus dimiliki semua orang. Batik khas Jambi motif bungo tanjung justru mengandung pesan bagi pemakainya agar menjadi pemimpin yang arif, bijaksana, pula dapat dipercaya. Demikian juga pada tenun, proses pembikinannya dilakukan dengan penuh rasa dan cinta. Ringkasnya, karya nenek moyang kita itu hebat sekali,” paparnya.

Pesan lain yang ingin disampaikan oleh acara ini adalah ajakan untuk menghargai dan merawat  keragaman. “Saya mengajak seluruh perempuan di mana saja agar lebih mengenali Indonesia, tanah air yang ditakdirkan memiliki banyak keragaman, ” ujar Nury.

Jangan lupa, sambung Nury, perempuan adalah aktor utama pelestarian tradisi, di belahan bumi mana pun. “Songket, tenun, batik, kebaya, dan rupa-rupa penutup kepala dengan makna dan filosofinya itu siapa yang menciptakan? Perempaun. Maka para perempuan hendaknya menjadi penjaga tradisi itu, bukan meninggalkan,“ katanya.

Penggunaan kerudung sebagai indentitas perempuan [ist]
Penggunaan kerudung sebagai indentitas perempuan [ist]

Sejauh ini Nury sebagai pegiat literasi cukup khawatir pada cakrawala pengetahuan anak-anak perihal budaya ibu kandungnya.

Baca Juga:Palembang Diguyur Hujan, Berikut Daerah di Sumsel Diprakirakan Hujan Hari Ini

“Yang mereka lihat sehari-hari itulah yang mereka simpan dalam memorinya. Kalau mereka tidak pernah diperlihatkan tentang kebiasaan atau tradisi perempuan Indonesia seperti apa, jangan salahkan jika tradisi dan keberagaman itu akhirnya mati,” ungkap Nury, menutup perbincangan ‘’resmi” pada acara Ngopi Tengkuluk.  

Salah seorang peserta Ngopi Tengkuluk dari kelompok Serumpun Bakung, Nisa Alwis, menyatakan kesukaannya pada acara nongkrong bareng ini. “Ini menurutku mencerahkan. Ternyata kerudung kita itu lucu-lucu dan kaya. Semoga acara macam ini makin sering, biar kita jadi paham bahwa kreasi orang-orang dulu itu keren dan mestinya kita melestarikan itu,” tuturnya.   

Ngopi Tengkuluk diikuti komunitas yang tergabung di Serumpun Bakung, Blackhouse Library, Chattra Kebaya, Beyond, Pertiwi Indonesia, Chatra Kebaya, Sanggar Tari SBM dan Gemah (TMII), Yayasan Dilts, Pondok Belajar PUAN, dan Komunitas Perempuan Sehati Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini