Dikenalkan Ulama SI Merah, Pekerja Tambang Jadi Kekuatan Besar Komunis di Sumbagsel

Pekerja tambang di Sumatera Selatan menjadi kekuatan paham komunis di Sumatera Bagian Selatan.

Tasmalinda
Selasa, 28 September 2021 | 09:37 WIB
Dikenalkan Ulama SI Merah, Pekerja Tambang Jadi Kekuatan Besar Komunis di Sumbagsel
Ilustrasi pekerja tambang. pekerja tambang menjadi kekuatan komunisme di Sumbagsel. [pixabay]

SuaraSumsel.id - Belum banyak bacaan yang mengupas hadirnya paham komunis di Sumatera bagian selatan atau Sumbagsel. 
 
Namun Pakar sejarah dari Universitas Sriwijaya, Syafruddin Yusuf menemukan tautan yang mengungkapkan adanya peran para tokoh ulama Serikat Islam (SI) merah atas muncul dan berkembang gerakan komunis di Sumatera bagian selatan.

Penyebaran partai komunis bermula dari kerja-kerja propagandis yang dilakukan tokoh asal Minangkabau, Sumatera Barat. 

Sebut saja para tokoh propagandis dari Minangkabau yakni Ali Datuk Bagindo Ali, Muhammad Rusli, Malin K, Bagindo Rumah Gadang.
 
Keempat tokoh ini sengaja datang ke wilayah Palembang dan sekitarnya guna membangun kekuatan komunis di Pulau Sumatera.
 
Saat itu diperkirakan terjadi pada tahun 1925-1926.
 
Hadirnya propagandis-propagandis komunis yang juga menjadi bagian dari Serikat Islam (SI) merah, disambut baik oleh beberapa tokoh SI di Palembang.
 
Mereka ini pula yang kemudian menjadi tokoh penyebar paham komunis di wilayah-wilayah pedalaman.
 
Pemahaman mengenai komunis yang harus diwujudkan dalam kehidupan bernegara kala itu mendorong para propagandis ini bekerja massif.
 
Dengan falsafah gerakan komunis yang bersandar pada kekuatan kaum buruh dan tani, komunis makin dikenalkan di Sumatera bagian Selatan.
 
Pertemuan beberapa kali empat tokoh propagandis ini menghasilkan kolektif pentolan yang menjadi perpanjangan keinginan menanamkan paham komunis tersebut di Pulau Sumatera.
 
Kemudian muncullah sosok bernama Suparman, Burniat dan Sudarso.
 
Ketiga tokoh kelahiran Sumatera bagian Selatan ini menjadi propagandis baru yang kemudian membangun kekuatan di kalangan kaum buruh.
 
Catatan sejarah yang ditemukan, kata Syarifuddin Yusuf, mereka menyasar kalangan pekerja tambang kala itu..
 
Pekerja-pekerja tambang ini lebih banyak berasal dari proyek tambang batubara. Seperti halnya di Tanjungenim, Sumatera Selatan. “Di wilayah lokasi tambang batubara ini, paham komunis dikenalkan pada pekerja,” katanya.
 
Paham yang memposisikan para pekerja dan kaum tani, ialah kekuatan perubahan suatu bangsa.

Pakar sejarah Unsri, Syafruddin Yusuf  [Tasmalinda/suara.com]
Pakar sejarah Unsri, Syafruddin Yusuf [Tasmalinda/suara.com]

Syafruddin tidak memungkiri, gerakan paham komunis berusaha membentuk persatuan kolektif para pekerja, dalam membangun kekuatan rakyat.
  
Dia pun menegaskan hadirnya paham komunis di Sumatera bagian Selatan yang dibawa oleh tokoh-tokoh yang menjadi bagian Serikat Islam (SI) Merah. Dengan kata lain, penyebar paham ini ialah kalangan ulama dari SI merah.
 
Baru kemudian berkembang kepada para propagandis yang menyatukan diri dalam kehidupan buruh-buruh.
 
Tidak seperti hadirnya paham komunis di China, Syafruddin lebih menyakini perkembangan paham komunis paling banyak berada di kolektif para buruh.
 
Karena, tidak ditemukan catatan sejarah gerakan komunis pada masyarakat tani di Sumatera bagian Selatan.
 
"Karena harus juga berhadapan dengan penjajah Belanda,” sambung ia.
 
Meski dalam perkembangannya, para tokoh gerakan Serikat Islam (SI) pun banyak yang ditangkap dan kemudian dipenjara oleh Belanda.
 
Kondisi ini juga mempengaruhi gerakan paham komunis di sejumlah daerah.
 
“Karena kan PKI kekuatannya pada buruh dan tani,”pungkasnya.
  

Baca Juga:Lebih Waspada, Kematian Anak Sumsel akibat Terpapar COVID-19 Tinggi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini