Yuk Hening Cipta Indonesia untuk Korban Gugur akibat Pandemi COVID-19 Pagi Ini

Mengheningkan cipta bagi nakes, sukarelawan yang gugur karena pandemi COVID-19 bertajuk 'Hening Cipta Indonesia'.

Wakos Reza Gautama
Sabtu, 10 Juli 2021 | 09:30 WIB
Yuk Hening Cipta Indonesia untuk Korban Gugur akibat Pandemi COVID-19 Pagi Ini
Ilustrasi pemakaman jenazah pasien COVID-19. Menag mengajak Hening Cipta Indonesia bagi para korban gugur COVID-19. [Instagram@arizapatria]

SuaraSumsel.id - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengajak masyarakat mengheningkan cipta bagi tenaga kesehatan, sukarelawan dan masyarakat yang gugur akibat pandemi COVID-19.

Mengheningkan cipta bagi nakes, sukarelawan dan masyarakat yang gugur karena pandemi COVID-19 ini bertajuk 'Hening Cipta Indonesia'. 

Hening Cipta Indonesia ini akan dilakukan serentak di seluruh Indonesia pada Sabtu (10/7/2021) pada pukul 10.07 WIB.

"Mari bersama, pada pukul 10.07 WIB, hentikan sejenak segala aktivitas, selama 60 detik, mendoakan yang terbaik untuk para nakes, sukarelawan, masyarakat dan semua yang telah mendahului kita," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (10/7/2021) dilansir dari ANTARA.

Baca Juga:Warga Batam Diminta Mengheningkan Cipta Hari Ini Pukul 10.07 WIB

Menurut Yauqut, Hening Cipta Indonesia adalah panggilan kesadaran untuk meluangkan waktu sejenak, mendoakan mereka yang telah wafat, mendoakan pandemi COVID-19 segera berakhir.

"Hening Cipta Indonesia dari kita, oleh kita sendiri, dari rumah masing-masing, untuk orang-orang tercinta, dan untuk Indonesia sehat. Ingat, Sabtu, 10 Juli 2021, jam 10.07 WIB, mari bersama tundukkan hati, berdoa untul kebaikan negeri ini,” katanya.

Menag mengapresiasi semua pihak, tokoh agama dan masyarakat, serta kementerian dan lembaga negara yang juga ikut aktif dalam mengajak publik untuk ikut bersama dalam Hening Cipta Indonesia.

458 Dokter Wafat akibat COVID-19

Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) melaporkan sebanyak 458 dokter wafat akibat terinfeksi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di sejumlah daerah sepanjang Maret 2020 hingga pekan pertama Juli 2021.

Baca Juga:LIVE STREAMING: 1 Tahun Lawan Covid-19, Ribuan Pasien Mengheningkan Cipta

"Dokter yang wafat tahun 2021 di bulan Januari ada 65 orang, Februari 31 orang, Maret 16 orang, April delapan orang, Mei tujuh orang," kata Ketua Tim Mitigasi IDI, Adib Khumaidi, dalam konferensi pers secara virtual yang dipantau dari Jakarta, Jumat.

Adib mengatakan jumlah dokter yang wafat mengalami kenaikan hampir tujuh kali lipat pada Juni 2021 yang dilaporkan sebanyak 48 dokter. "Kemudian di bulan Juli 2021 hingga hari ini saja, sudah bertambah 35 orang," katanya.

Ia mengatakan jumlah dokter yang dirawat secara intensif lebih banyak terjadi di gelombang kedua COVID-19 yang terjadi pada Juni dan Juli 2021 bila dibandingkan dengan gelombang pertama pada kurun Desember 2020 hingga Januari 2021.

"Ini yang menjadi satu perhatian yang bahkan di beberapa daerah salah satunya di Jawa Timur, teman-teman kami yang dirawat di Surabaya itu termasuk jumlahnya besar," katanya.

Laporan dari IDI Surabaya tercatat tidak kurang dari 124 dokter yang sakit. "Tidak semuanya memang dirawat, tapi yang dirawat itu ada yang kritis," katanya.

Adib mengatakan jumlah tenaga kesehatan yang dirawat di Kudus mencapai total 813 orang, 70 di antaranya adalah profesi dokter. "Walaupun yang dirawat hanya 200-an orang, tapi yang lainnya OTG melakukan isolasi mandiri," katanya.

IDI Yogjakarta, katanya, menyampaikan laporan ada 167 dokter yang terpapar V/COVID-19, sebagian besar dalam kondisi kritis. "Hari ini kita mendengar ada teman dari Yogyakarta meninggal. Demikian juga yang ada di Jawa Barat, Banten dan Jakarta," katanya.

Dalam satu bulan terakhir, kata dia, Tim Mitigasi memberikan bantuan mulai dari obat-obatan sampai mencarikan rumah sakit rujukan.

Tim Mitigasi PB IDI selalu mengingatkan kepada para anggota untuk proaktif melapor pada organisasi bila jatuh sakit. "Memang sudah ada surat edaran dari Menteri Kesehatan untuk tenaga tenaga kesehatan bisa mendapatkan prioritas untuk perawatan," katanya.

Namun ia juga tidak bisa menyalahkan direktur atau struktural di rumah sakit bila tidak bisa menerima perawatan bagi dokter karena kondisi pasien yang melonjak. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini