SuaraSumsel.id - Sejumlah tanaman yang potensial dikembangkan menjadi obat COVID-19 terkandung dalam Kitab Al Quran. Hal ini menjadi pidato ilmiah Guru Besar Bidang Farmasetika Universitas Islam Indonesia (UII) Prof Yandi Syukri
Hal ini disampaikannya dalam rapat terbuka senat milad ke 78 di kampus UII, Yogyakarta, Jumat.
Dari 27 spesies tumbuhan yang disebutkan dalam Al Quran dan Hadits, beberapa yang mudah ditemukan yaitu jinten hitam (habatussauda), madu, bawang putih, kurma, labu, zaitun, adas, delima, anggur, kayu arak atau siwak (untuk sikat gigi), bawang merah, tin, jelay, dan jahe.
Di antara tanaman tersebut yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk pengobatan COVID-19 yaitu jahe, serta jinten hitam (habatussauda).
Baca Juga:Menanggulangi Banjir, Lima Sungai di Sumsel Ini Dinormalisasi
Menurut dia, salah satu studi pemodelan molekul (molecular docking) memprediksi interaksi protein host-virus di lokasi masuknya SARS-CoV-2 menunjukkan efek penghambatan konstituen jahe (Zingiber officinale) sebagai penghambat masuk virus SARS-CoV-2 dengan menggunakan semua protein inang dan asal virus.
Selain itu, jahe merupakan suplemen peningkat kekebalan alami, serta bahan penyusun formulasi herbal yang direkomendasikan oleh Badan POM sebagai tindakan pencegahan untuk meningkatkan kekebalan tubuh setelah wabah COVID-19.
"Sehingga sebagai penghambat masuk SARS-CoV-2 jahe juga dapat menjadi suplemen yang aman dan andal untuk memitigasi COVID-19 untuk mengurangi infektivitas karena juga memiliki aktivitas antibakteri dan pendorong imunitas," kata dia.
Adapun jintan hitam atau habatussauda, kata dia, memiliki aktivitas antivirus, antioksidan, antiradang, antikoagulan, imunomodulator, bronkodilator, antihistaminik, antitusif, antipiretik, dan analgesik.
"Sehingga ini akan menjadi kandidat herbal potensial untuk mengobati pasien dengan COVID- 19," kata dia.
Baca Juga:Ikut KLB Deli Serdang, 7 Pengurus Partai Demokrat Sumsel Ini Dipecat
Saat ini, kata Yandi, pengobatan alami digunakan oleh sekitar 80 persen populasi dunia, terutama di negara berkembang untuk perawatan kesehatan primer karena dapat diterima secara budaya, serta kemudahan akses dan keterjangkauan.
"Oleh karena itu, produk alami yang disebutkan dalam Al Quran dan Hadits telah menarik perhatian ahli botani, ahli biokimia, dan farmakognosi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut," kata dia.
Tanaman yang berkhasiat sebagai imunomodulator, kata dia, memainkan peran penting dalam pengobatan infeksi inflamasi, dan imunodefisiensi melalui efeknya pada berbagai sel.
"Mekanisme kerjanya bisa sebagai imunomodulator, imunosupresi, atau imunoadjuvan untuk meningkatkan respons imun spesifik antigen," kata dia. [ANTARA]