SuaraSumsel.id - Harga minyak dunia terdorong menguat berkat membaiknya data impor China. Tak hanya itu, penguatan ini juga terbantu dari depresiasi dolar AS.
Mengutip CNBC, Jumat (15/1/2021) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 36 sen, atau 0,6 persen, menjadi 56,42 dolar AS per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), berakhir 66 sen atau 1,3 persen lebih tinggi, menjadi 53,57 dolar AS per barel.
Total impor minyak mentah China melonjak 7,3 persen pada 2020, dengan rekor impor di kuartal kedua dan ketiga karena pengilangan meningkatkan operasi dan harga yang rendah mendorong penimbunan.
Baca Juga:Ribut di Jalanan Mojokerto, Sopir Truk Tewas Usai Digosok Minyak Angin
Namun, konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu melaporkan lonjakan harian terbesarnya dalam kasus Covid-19 dalam lebih dari 10 bulan.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, merosot setelah Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, memberikan nada yang dovish, mengatakan pihaknya tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Pelemahan greenback membuat minyak dalam denominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
Meningkatnya harapan untuk kenaikan permintaan minyak adalah paket bantuan Covid-19 Amerika, yang akan diungkapkan Presiden terpilih Joe Biden.
Pemerintah di seluruh Eropa mengumumkan penguncian virus corona yang lebih ketat dan lebih lama, dengan vaksinasi diperkirakan tidak akan berdampak signifikan untuk beberapa bulan ke depan.
Baca Juga:Besok, Balikpapan Berlakukan PPKM, Begini Kata Pelaku Usaha di Kota Minyak
Organisasi Negara Eksportir Minyak tidak mengubah perkiraan permintaan dunia, dengan mengatakan penggunaan minyak akan naik 5,9 juta barel per hari tahun ini menjadi 95,91 juta barel per hari, menyusul rekor kontraksi 9,75 juta barel per hari pada 2020 akibat pandemi.