Jurnalis Ujung Tombak Pelestarian Lingkungan

Oulook jurnalis series 2020 diselenggarakan AJI Palembang.

Tasmalinda
Rabu, 06 Januari 2021 | 20:09 WIB
Jurnalis Ujung Tombak Pelestarian Lingkungan
Pelaksanaan outlook jurnalis 2021(dok. AJI Palembang)

SuaraSumsel.id - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang menggandeng Suarasumsel.id menggelar Outlook Junalis 2021 Series ke-4 dengan tema "Isu Penting Ekologi dan Lingkungan Hidup Rabu (6/1/2021).

Hadir sebagai narasumber yakni Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel, M Hairul Sobri, Direktur Eksekutif Hutan Kita Institute (HaKI), Aidil Fitri dan Pakar Komunikasi Lingkungan UIN Raden Fatah Palembang, Dr Yenrizal

Yenrizal mengatakan, lingkungan merupakan persoalan bersama yang perlu disampaikan ke publik apa saja yang terjadi di tempat tinggal manusia dan makhluk lainnya ini.

Menurutnya, lingkungan bukan hanya berkaitan dengan manusia tetapi juga berpengaruh terhadap ekosistem di bumi ini.

Baca Juga:Dukungan Datang Lebih Banyak, Front Pemersatu Islam Sumsel Deklarasi

Karena itu, persoalan lingkungan ini merupakan tanggung jawab bersama, khususnya porsi besar yang merupakan beban pemerintah. Tanggung jawab pemerintah sangat besar sebagai pengambil kebijakan.

Selain pemerintah, beban besar yang harus menanggung atas pelestarian lingkungan yakni pelaku usaha. Pelaku usaha bertanggung jawab terhadap lingkungan karena dampak industri yang tak jarang memiliki konsekuensi negatif terhadap kelestarian lingkungan.

Terakhir, yang ikut bertanggung jawab yakni masyarakat sipil.

"Peran media massa dan jurnalis juga sangat penting karena tentunya merekalah yang bisa membangun opini bersama terhadap problem yang terus terjadi saat ini, khususnya di bidang lingkungan" katanya dalam keterangan pers AJI Palembang.

Dosen UIN Raden Fatah ini mengatakan, bencana yang sering terjadi hingga saat ini yaitu banjir dan longsor.

Baca Juga:Perang Lima Hari Lima Malam Palembang Kian Terlupakan

Terkadang, masyarakat lupa. Ketika hujan lupa akan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutlah) dan ketika panas lupa akan bencana banjir. Karena itu, peran media dan jurnalis ini sangat besar agar mengingatkan dan membuat kepercayaan bersama ditingkat masyarakat.

Selain itu, jurnalis juga memiliki keleluasaan untuk mencari dan mendapatkan data atas segala koneksinya sehingga semakin benar data tersebut, semakin mampu mengontrol kondisi.

"Jurnalis merupakan ujung tombak bagi pelestarian lingkungan, pengingat saat bencana dan upaya-upaya perusakan lainnya," ujarnya.

Dr Yenrizal juga mengimbau agar kolaborasi jurnalis bersama organisasi lingkungan sangat dilakukan. "Ini penting sehingga memunculkan simbiosis mutualisme untuk menjaga lingkungan," tutupnya.

Direktur HaKI, Aidil Fitri mengungkapkan, saat ini deforestasi terus terjadi. Hal ini disebabkan oleh pembukaan lahan baru untuk infrastruktur dan pembangunan.

Kemudian, kebakaran hutan dan lahan, perambahan dan pembalakan liar.

"Deforestasi ini hampir terjadi di wilayah Sumsel," katanya.

Menurutnya, banyaknya deforestasi ini dikarenakan hutan yang seharusnya dilindungi oleh pemerintah justru kurang pengawasan. Akibatnya kondisi hutan yang baik di Sumsel pun semakin menurun.

Menurutnya, di tahun 2020 ini memang kondisi karhutla sangatlah kecil.

Mengingat tahun ini merupakan tahun basah, namun, kondisi karhutla tetap terjadi. Apalagi, diantaranya merupakan lahan di perusaaan yang terafilisasi dengan perusahaan besar dimana Sumber Daya Manusia (SDM) nya banyak.

"Ini membuktikan jika penegakan hukum saat ini juga lemah," ujarnya.

Ancaman deforestasi ini juga saat ini dikhawatirkan dari pembangunan jalan tambang. Dimana, lokasinya berada di daerah konsesi hutan harapan atau tepatnya di Sungai Lalan.

Padahal hutan yang memiliki kualitas bagus di Sumsel hanya berada di Hutan Harapan yang berada di perbatasan Sumsel-Jambi.

Menurutnya, jika jalan tambang ini beroperasi maka Sumsel harus bersiap kehilangan hutan alam.

"Ini berdampak kepada bencana ekologi dan konflik masyarakat dengan pengelola terutama suku anak dalam yang tinggal di kawasan tersebut," ujarnya.

Senada, Direktur Eksekutif Walhi, M Hairul Sobri mengatakan sepanjang tahun 2020, Sumsel sendiri cukup mengalami cobaan berat selain pandemi COVID-19, juga mengalami konflik agraria dan bencana ekologi.

Meskipun begitu, kondisi tersebut tidak diperparah oleh karhutla dikarenakan musim yang cenderung selalu basah sepanjang tahun ini.

Menurutnya, kondisi lingkungan tidak berdampak langsung kepada manusia secara instan. Namun akan berdampak dalam jangka panjang yakni satu hingga dua tahun mendatang. Sedangkan, pemerintah belum dapat mengatasi persoalan ini.

"Akibatnya banyak bencana yang terjadi di Sumsel sejak awal tahun hingga menyebabkan kerusakan seperti jembatan terputus dan lain sebagainya," katanya.

Selain menyebabkan bencana ekologi, kondisi lingkungan ini juga berdampak kepada habitat seperti di tahun 2020 lalu masyarakat dibuat khawatir dengan kemunculan hewan buas.

"Alam itu tidak bisa protes tapi dia melakukan tindakan menegur manusia yang seharusnya penting untuk dijaga," tutupnya.

Outlook Series Jurnalis 2021 yang diselenggarakan AJI Palembang dilaksanakan pada 20 Desember 2020 hingga 29 Januari 2021. Sebanyak 12 tema dibahas sebagai persiapan para pekerja media, baik jurnalis profesional, pers mahasiswa, bahkan jurnalis warga. Tema-tema tersebut yakni Tantangan Bisnis Media, Sumber Daya Alam dan Energi, Profesionalisme Jurnalis, Ekologi dan Lingkungan, Politik Nasional dan Lokal, Hak Asasi Manusia, Hukum dan Perlindungan Jurnalis, Ekonomi-Bisnis, Sosial-Budaya, Tantangan Pendidikan, serta Tantangan Teknologi Media.

Pada akhir kegiatan, AJI Palembang pun membuka kesempatan fellowship bagi para penanggap yang mengikuti rangkaian kegiatan. Calon penerima fellowship harus mengangkat tema-tema yang dibahas pada rangkaian outlook tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini