SuaraSumsel.id - Saat pandemi virus corona, kelompok masyarakat paling bawah menjadi kelompok yang paling terdampak krisis ini.
Pernyataan Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla disampaikan saat cara seminar internasional yang diselenggarakan oleh Indef secara virtual, Rabu (9/12/2020).
JK, panggilan akrabnya, mengatakan daya beli tidak ada karena kelompok orang paling bawah sedang tidak punya duit, tidak hanya di Indonesia namun juga global.
Daya beli merupakan faktor penting untuk menggerakkan roda perekonomian, tapi di tengah pandemi ini daya beli menjadi tersendat karena masyarakat takut terinfeksi virus corona.
Baca Juga:KPUD Batam Pastikan APD Didistribusikan ke TPS di Semua Pulau Penyangga
"Daya beli itu kepercayaan, saya belanja karena saya pikir tahun depan perusahaan saya bekerja kembali melakukan aktivitas. Jadi ini harapan dari harapan kita menyelesaikan ekonomi akibat sebabnya (pandemi), ekonomi punya harapan akan daya beli," paparnya
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2020, dimana pada periode tersebut ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen secara year on year (yoy).
Salah satu yang membuat pertumbuhan negatif ini karena kinerja konsumsi masyarakat atau daya beli yang belum pulih seutuhnya dari tekanan pandemi Covid-19.
BPS mencatat kinerja ini masih mengalami kontraksi yang cukup hebat sebesar 4,04 persen.
"Konsumsi rumah tangga, pada kuartal III-2020 secara year on year memang masih terkontraksi 4,04 persen tapi tidak sedalam kuartal II minus 5,52 persen," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konfrensi pers melalui video teleconference di Jakarta, Kamis (5/11/2020).
Baca Juga:Cara Mencoblos Pilkada 2020 di Masa Pandemi COVID-19
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui daya beli masyarakat masih belum begitu pulih, padahal pemerintah sudah mengguyur dana stimulus triliunan demi memulihkan perekonomian.
Sumber : Suara.com