Turki Tertarik Produksi Vaksin Sputnik V Miliki Rusia, Apa Alasannya?

Klaim efektivitas 92 persen yang dihasilkan oleh vaksin Sputnik V milik Rusia rupanya membuat pemerintah Turki terkesan dan berencana memproduksinya.

M. Reza Sulaiman
Rabu, 11 November 2020 | 22:49 WIB
Turki Tertarik Produksi Vaksin Sputnik V Miliki Rusia, Apa Alasannya?
Peneliti menunjukan vaksin Covid-19 yang dikembangkan laboratorium Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gameleya, Moskow, Rusia, 6 Agustus 2020. [Handout / Russian Direct Investment Fund / AFP]

SuaraSumsel.id - Klaim efektivitas 92 persen yang dihasilkan oleh vaksin Sputnik V milik Rusia rupanya membuat pemerintah Turki terkesan dan berencana memproduksinya.

Rencana ini diungkap oleh Menteri Kesehatan kedua negara, dalam pertemuan melalui sambungan telepon terkait penanganan pandemi Covid-19.

Rusia sudah menguji dua vaksin untuk melawan virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 dan hampir mendaftarkan vaksin yang ketiga.

Vaksin Sputnik V diluncurkan untuk penggunaan domestik di Rusia meskipun uji coba tahap akhir belum selesai.

Baca Juga:Penelitian Vaksin Sinovac Brasil Ditunda, Bagaimana dengan di Indonesia?

"Kepala Kementerian Kesehatan Turki menyatakan minatnya untuk mengatur produksi vaksin Sputnik V di fasilitas produsen farmasi Turki, setelah studi toksikologi telah dilakukan, sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang setempat," kata Kementerian Kesehatan Rusia dalam sebuah pernyataan, Rabu (11/11/2020).

Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko meyakinkan mitra Turki-nya tentang kesiapan untuk mengadakan tes semacam itu, kata pernyataan itu.

Kementerian Kesehatan Turki menolak untuk menguatkan klaim tersebut, tetapi Menteri Kesehatan Fahrettin Koca membenarkan bahwa kedua menteri telah melakukan panggilan telepon dalam sebuah cuitan yang diunggah Selasa malam (10/11).

"Kami bertukar pandangan tentang masalah di bidang kesehatan yang kami kerjakan, yaitu upaya vaksin Covid-19, dan operasi internasional yang kami ikuti," kata Koca.

Turki telah melaporkan hampir 400.000 pasien Covid-19 yang dikonfirmasi dengan lebih dari 11.000 kematian sejak Maret.

Baca Juga:Soal Vaksin Sinovac, IDI Minta Masyarakat Tunggu Putusan BPOM RI

Pada Juli, pemerintah mengubah penghitungan harian dengan hanya melaporkan jumlah pasien bergejala, dalam sebuah langkah yang menurut para kritikus menyembunyikan skala sebenarnya dari wabah di negara itu. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini