Terkontraksi Akibat Wabah, Industri Hulu Migas Butuh Keberlangsungan

SKK Migas menggelar IOG 2020.

Tasmalinda
Kamis, 05 November 2020 | 20:35 WIB
Terkontraksi Akibat Wabah, Industri Hulu Migas Butuh Keberlangsungan
Api berkobar di flare (obor) kilang minyak dan gas. [shutterstock]

SuaraSumsel.id - Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan menyatakan pertumbuhan ekonomi hanya mampu tumbuh negatif 1,4 persen pada kuartal III tahun ini.

Kondisi ini dibentuk dari sejumlah lapangan usaha di Sumatera Selatan yang masih mengalami pertumbuhan negatif atau terkontraksi akibat situasi wabah virus Corona atau Covid 19.

Sebut saja, sektor usaha pembentuk ekonomi Sumatera Selatan seperti industri pengolahan pada pertambangan batu bara, minyak bumi dan gas alam yang juga terkontraksi minus 3,99 persen pada kuartal III.

“Situasi Covid 19 seperti tamu yang tidak diundang. Datang dan mengakibatkan pengaruh yang multi pada sendi ekonomi, terutama di daerah. Di Sumatera Selatan misalnya, industri minyak bumi dan gas alam terkontruksi negatif 4,32 persen (tanpa tambang batubara, red),” ujar Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Sumatera Selatan Endang Tri Wahyu Ningsih, saat memaparkan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III yang diselenggarakan virtual, Kamis (5/11/2020) siang.

Baca Juga:Hingga Hari Ketujuh, Santri Ogan Ilir Hanyut di Sungai Belum Ditemukan

BPS mencatat produksi industri pengolahan elpiji pada triwulan III menurun dibandingkan tahun sebelumnya, industri barang galian bukan logam juga terkontraksi, hingga realisasi lifting minyak dan gas bumi yang menurun di Sumatera Selatan.

“Secara keseluruhan, ekonomi Sumsel masih negatif 1,4 persen, sektor penyusunnya yakni ekspor juga mengalami kontraksi. Seperti halnya, ekspor minyak dan gas, termasuk tambang batu bara,” sambung Endang.

Pada triwulan III, ekspor minyak bumi dan gas Sumatera Selatan mengalami penurunan 27 persen. Penurunan yang lebih tinggi dibandingkan penurunan ekspor batubara yang hanya menyentuh 9 persen.

Kondisi ini tidak didiamkan.

Mengawal keberlangsungan realisasi target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD0 dan gas mencapai 12 miliar kaki kubik per hari pada sepuluh tahun lagi, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyelenggarakan kegiatan.

Baca Juga:Munarman: Habib Rizieq Pulang di Hari Pahlawan, Moment Revolusi Akhlak

“2020 International Convention on Upstream Oil and Gas Indonesia” (IOG 2020) yang akan dilaksanakan secara daring pada 2 – 4 Desember nanti.

Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani Abdurrahman selaku Ketua Steering Committee IOG 2020 mengatakan forum ini guna merangkul terkait visi jangka panjang SKK Migas.

“Komitmen pemangku kepentingan guna mewujudkan industri hulu migas sebagai pilar utama pembangunan dan ekonomi nasional ialah kunci penting,” ucapnya pada keterangan pers yang diterima Suara.com, Kamis (5/11/2020).

Forum IOG 2020 akan mencapai empat tujuan yakni mengidentifikasi kebijakan dan strategi menarik investasi industri hulu migas di kondisi pasar dunia yang sangat kompetitif, mengidentifikasi tantangan dan membuat inisiatif mendorong kolaborasi antara investor dan pemangku kepentingan, merinci program prioritas dari sumbangsih pemangku kepentingan dan mengidentifikasi hal-hal yang dapat mempercepat pelaksanaan program tersebut.

“Serta memberi penghargaan bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama atas pencapaian kinerja di industri hulu migas,” ujarnya.

SKK Migas menargetkan sebanyak 10.000 peserta dapat tergabung dalam forum ini mulai dari Pemerintah selaku pemegang kebijakan, pelaku bisnis hulu migas nasional dan internasional, akademisi, termasuk awak media.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini