Tasmalinda
Senin, 27 Oktober 2025 | 13:36 WIB
Program budidaya lebah madu yang dilakukan PGE Jambi Merang
Baca 10 detik
  • Warga Desa Suka Maju mengembangkan budidaya lebah madu di lahan gambut melalui program Beyond Honey.

  • Program Pertamina Hulu Energi Jambi Merang meningkatkan ekonomi dan kesadaran lingkungan masyarakat desa.

  • Koperasi Sukma Jaya mengelola produksi madu hingga produk turunannya dengan standar nasional SNI.

SuaraSumsel.id - Pagi merekah di Desa Suka Maju, Kecamatan Geragai, Tanjung Jabung Timur, Jambi. Udara lembap khas lahan gambut membawa aroma tanah yang menenangkan, semerbak yang hanya bisa muncul dari bumi yang hidup.

Dari kejauhan, dengung lebah terdengar seperti irama halus yang menenun keheningan pagi menjadi nyanyian kecil kehidupan.

Sutrisno, ketua kelompok peternak madu, berjalan perlahan di antara deretan kotak kayu berwarna pucat. Tangannya berhenti di salah satu, membuka tutupnya hati-hati.

Ratusan lebah Apis mellifera berputar di udara, sibuk tapi teratur, seperti memahami bahwa kerja mereka adalah bagian dari keseimbangan yang lebih besar. “Kerja mereka diam-diam, tapi hasilnya buat semua,” ucapnya dengan optimis.

Setiap tetesnya seperti membawa cerita baru bagi desa ini. Kisah tentang sabar, kerja bersama, dan keyakinan bahwa alam bisa kembali memberi, selama manusia tahu cara menjaga.

Dari Sawit ke Madu: Perubahan yang Tumbuh Perlahan

Dulu, desa ini hanya mengenal satu warna: hijau kelam dari kebun sawit. Hampir seluruh warga hidup dari sana. Namun ketika masa replanting datang, warna itu seakan pudar.

“Waktu itu ya cuma bisa nunggu, sawit belum berbuah, tapi dapur tetap harus ngebul,” sambungnya.

Harapan baru muncul pada 2021, saat Pertamina Hulu Energi atau PHE Jambi Merang memperkenalkan program Beyond Honey, hasil riset bersama Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca Juga: Dari Kilang ke Dapur Rakyat: Inovasi Kurangi Asap, Tingkatkan Harapan

Bukan proyek besar dengan alat berat, melainkan ide sederhana yang tumbuh dari empati:
menyelamatkan lahan gambut melalui lebah, yakni makhluk kecil yang tahu cara menjaga keseimbangan alam lebih baik dari manusia.

Pelatihan demi pelatihan digelar. Warga belajar mengenali musim bunga, menjaga kebersihan sekitar sarang, dan memahami sifat lebah yang halus tapi tegas. “Kalau lingkungannya kotor, lebah pergi, mereka cuma mau tinggal di tempat yang baik.” ucapnya.

Kini, dalam kondisi optimal, satu kelompok bisa memanen hingga 750 kilogram madu dalam 15–20 hari. Hasilnya dibagi rata dalam sistem koperasi. “Kalau cuaca bagus, satu orang bisa dapat enam sampai tujuh juta per musim,” katanya.

Bagi warga desa yang dulu menunggu sawit berbuah, angka itu bukan sekadar uang, tapi bukti bahwa alam yang dijaga bisa kembali memberi. Di tepi lahan budidaya, suara alat pemroses madu bercampur dengan tawa warga. Aroma madu yang manis menempel di udara, menyatu dengan wangi kayu lembap.

Menurut Wahyu Setio Tri Santoso, Wakil Ketua BPD Desa Suka Maju, program ini bukan hanya soal ekonomi. “Sekarang orang nggak cuma mikirin panen sawit, Warga jadi lebih peduli lingkungan. Mereka tahu lebah nggak mau tinggal kalau tempatnya rusak,” sambungnya.

PHE Jambi Merang membantu membentuk Koperasi Sukma Jaya, yang kini menjadi pusat pengelolaan madu.
Koperasi ini memastikan mutu dengan alat pengukur kadar air otomatis bernama Si Kering Manis, adaptasi dari teknologi hulu migas.

Load More