Tasmalinda
Senin, 15 September 2025 | 20:57 WIB
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. (Suara.com/Novian)
Baca 10 detik
  • Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap fenomena unik: para direktur utama bank besar justru merasa pusing saat Pemerintah menyalurkan dana Rp200 triliun ke sistem perbankan.
  • Dalam penyaluran stimulus ekonomi Rp200 triliun, para bankir menghadapi tekanan besar.
  • Curhatan Menkeu Purbaya tentang “kepusingan” bankir saat menerima dana triliunan rupiah menarik perhatian publik.
[batas-kesimpulan]

SuaraSumsel.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap sebuah "masalah" yang mungkin terdengar aneh, di mana ia mengungkapkan jika para direktur utama bank-bank besar di Indonesia justru pusing saat Pemerintah menggelontorkan dana triliunan rupiah ke mereka.

Video mengenai hal ini pun kemudian viral di media sosial, Purbaya menceritakan bahwa proses penyaluran dana sebesar Rp200 triliun ke sistem perbankan bukanlah perkara mudah. Alih-alih disambut dengan suka cita, para bankir papan atas malah justru merasa terbebani dengan tanggung jawab besar yang menyertainya.

Menanggapi fenomena ini, Purbaya bahkan melontarkan sebuah candaan yang sangat relevan dengan perasaan publik.

Lantas, mengapa para bankir yang terbiasa mengelola uang triliunan ini justru merasa "pusing"? Purbaya menjelaskan bahwa tantangannya bukan sekadar menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit.

Beban terbesar mereka adalah memastikan uang tersebut tidak hanya berputar di sektor finansial atau dinikmati oleh korporasi raksasa saja.

Pemerintah, tegas Purbaya, menuntut agar dana tersebut benar-benar "turun" dan menjadi bahan bakar bagi pertumbuhan ekonomi riil. Artinya, kredit harus disalurkan ke sektor-sektor produktif yang bisa menciptakan lapangan kerja, menggerakkan roda UMKM, dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat luas.

Di sisi lain, para bankir juga dihantui oleh risiko klasik perbankan: kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL). Menyalurkan dana dalam jumlah masif dan dalam waktu cepat sangat berisiko. Mereka harus sangat selektif dalam memilih debitur yang benar-benar layak dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman.

Salah langkah dalam analisis kredit bisa berakibat fatal. Jika dana Rp200 triliun tersebut disalurkan secara gegabah dan berakhir menjadi kredit macet, ini tidak hanya merugikan bank, tetapi juga akan menghancurkan tujuan utama dari program stimulus ekonomi itu sendiri.

"Tantangan bankir bukan sekadar menyalurkan dana, tetapi juga menjaga agar kualitas kredit tetap terjaga," ungkap Purbaya.

Baca Juga: Viral Taiwan Resmi Larang Indomie Soto Banjar Usai Temukan Kandungan Berbahaya

Curhatan Menkeu ini sontak memicu reaksi beragam dari netizen. Banyak yang menanggapinya dengan humor sarkastis. "Kalau dirutnya pusing, sini Pak dananya buat saya aja, saya jamin gak pusing sama sekali," tulis seorang warganet.

Namun, di balik candaan tersebut, pernyataan Purbaya berhasil memberikan gambaran yang lebih utuh tentang betapa kompleksnya upaya pemerintah untuk memulihkan dan menggerakkan ekonomi nasional.

Ini bukan sekadar tentang mencetak atau meminjam uang, melainkan tentang bagaimana memastikan setiap rupiahnya bekerja secara efektif dan tidak berakhir sia-sia.

Load More