Tasmalinda
Selasa, 22 Juli 2025 | 16:25 WIB
beda sepatu lari, sepatu jalan dan sepatu jalan kaki

SuaraSumsel.id - Pernahkah Anda merasa pegal luar biasa setelah berjalan jauh menggunakan sneaker keren Anda? Atau sebaliknya, merasa aneh saat memakai sepatu lari yang empuk untuk sekadar nongkrong di kafe?

Jika ya, Anda tidak sendirian.

Banyak dari kita menganggap semua sepatu kets itu sama, padahal di balik desainnya, ada fungsi dan teknologi yang sangat berbeda.

Menggunakan sepatu yang tidak sesuai peruntukannya bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga soal risiko cedera. Anggap saja ini seperti menggunakan mobil F1 di jalur off-road—bisa, tapi tidak akan optimal dan berisiko merusak.

Jadi, apa sebenarnya perbedaan mendasar antara sepatu lari atau running shoes, sepatu jalan atau walking shoes, dan sneaker biasa atau biasa disebut lifestyle sneakers?

Perbedaan utama terletak pada bagaimana setiap sepatu dirancang untuk mendukung pola gerakan spesifik tubuh kita.

Gerakan berlari dan berjalan sangatlah berbeda, dan sneaker biasa tidak dirancang untuk keduanya secara intensif.

1. Sepatu Lari (Running Shoes): Fokus pada Bantalan & Tolakan

Sepatu lari adalah perangkat teknologi canggih yang dirancang untuk satu hal: meredam benturan berulang dan membantu Anda melaju ke depan.

Baca Juga: Rekomendasi Sepatu Lari Nike untuk Anak, Sangat Ringan Dengan Bantalan Busa Empuk

Bantalan (Cushioning): Jauh lebih tebal dan canggih. Pelari menghasilkan benturan 2-3 kali berat tubuh mereka setiap kali melangkah.

Bantalan ini, terutama di bagian tengah (midsole) dan tumit, berfungsi untuk menyerap guncangan tersebut dan melindungi sendi Anda. Teknologi seperti Nike ZoomX, Adidas BOOST, atau Hoka Fresh Foam adalah contohnya.

Fleksibilitas: Dirancang agar fleksibel di bagian depan (area jari kaki) untuk membantu fase tolakan (toe-off) saat berlari. Namun, bagian tengahnya seringkali lebih kaku untuk stabilitas.

Heel-to-Toe Drop: Memiliki perbedaan ketinggian yang signifikan antara tumit dan ujung kaki. Drop yang lebih tinggi membantu mendorong tubuh ke depan dan mengurangi beban pada betis serta Achilles.

Bobot: Sangat ringan. Setiap gram sangat berarti untuk efisiensi lari, sehingga material yang digunakan adalah yang paling ringan namun tetap kuat.

Kapan harus dipakai? Hanya saat Anda benar-benar berlari, baik di treadmill, jalan raya, maupun trek.

2. Sepatu Jalan (Walking Shoes): Fokus pada Stabilitas & Transisi Mulus

Berjalan adalah gerakan "menggelinding" dari tumit ke ujung kaki. Benturannya lebih rendah, namun butuh dukungan yang konsisten di seluruh telapak kaki.

Bantalan (Cushioning): Ada, tapi tidak sebanyak sepatu lari. Fokusnya adalah kenyamanan yang merata, bukan penyerapan benturan ekstrem. Bantalannya lebih padat dan stabil.

Fleksibilitas: Sangat fleksibel di seluruh bagian sol. Ini memungkinkan kaki Anda bergerak dan "menggelinding" secara alami dari tumit ke jari dengan mulus tanpa ada bagian yang terasa kaku.

Heel-to-Toe Drop: Biasanya lebih rendah atau bahkan nol. Desain ini mendukung postur berjalan yang lebih alami di mana tumit tidak terlalu ditinggikan.

Seringkali memiliki fitur stabilitas yang baik untuk menjaga kaki tetap pada posisinya selama siklus berjalan yang berulang.

Kapan harus dipakai? Untuk jalan santai, jalan cepat (brisk walking), traveling dengan banyak jalan kaki, atau pekerjaan yang menuntut Anda berdiri lama.

3. Sneaker Biasa (Lifestyle/Fashion Sneakers): Fokus pada Estetika

Ini adalah kategori terluas, mencakup Adidas Samba, Nike Dunk, Converse, hingga Vans. Prioritas utama mereka adalah gaya, bukan performa atletik.

Bantalan (Cushioning): Sangat minimalis atau bahkan tidak ada sama sekali (misalnya sol karet datar pada Vans atau Converse). Cukup untuk penggunaan kasual, tapi tidak untuk aktivitas berulang dengan benturan tinggi.

Fleksibilitas: Bervariasi. Ada yang kaku, ada yang fleksibel, tapi tidak dirancang berdasarkan biomekanik gerakan tertentu.

Dukungan: Umumnya datar dan menawarkan sedikit sekali dukungan lengkungan kaki (arch support) atau kontrol gerak. Sneaker basket retro seperti Air Jordan 1 memang punya dukungan lateral, tapi solnya keras dan tidak cocok untuk lari.

Material: Mengutamakan tampilan. Bahan seperti suede, kulit premium, atau kanvas tebal sering digunakan, yang biasanya lebih berat dan kurang "bernapas" dibanding sepatu lari.

Kapan harus dipakai? Untuk aktivitas harian dengan intensitas rendah, seperti ke kampus, ke kantor (jika diizinkan), atau nongkrong bersama teman.

Mengapa Ini Sangat Penting Anda Ketahui?

  1. Mencegah Cedera: Berlari dengan sneaker datar dapat menyebabkan shin splints, nyeri lutut, atau bahkan plantar fasciitis karena kurangnya bantalan. Sebaliknya, berjalan jauh dengan sepatu lari ber-drop tinggi bisa terasa aneh dan kurang stabil bagi sebagian orang.
  2. Meningkatkan Kenyamanan & Performa: Menggunakan sepatu yang tepat membuat aktivitas Anda jauh lebih nyaman dan efisien. Anda bisa berlari lebih jauh atau berjalan lebih lama tanpa merasa cepat lelah atau sakit.
  3. Menghemat Uang: Memakai sepatu lari yang mahal untuk jalan-jalan santai akan merusak busa (foam) canggihnya lebih cepat. Busa tersebut dirancang untuk kompresi dan dekompresi saat berlari, bukan menahan beban statis saat berdiri atau berjalan pelan. Gunakan sepatu sesuai fungsinya agar lebih awet.

Kenali Kebutuhan Anda

Lain kali saat Anda akan membeli sepatu baru, berhentilah sejenak dan tanyakan pada diri sendiri: "Untuk apa sepatu ini akan paling sering saya gunakan?"

Jangan terjebak hanya pada penampilan. Memahami perbedaan antara sepatu lari, sepatu jalan, dan sneaker biasa adalah investasi kecil untuk kesehatan kaki dan kenyamanan jangka panjang Anda.

Kaki Anda bekerja keras setiap hari, berikan mereka "alat" yang tepat untuk melakukan tugasnya.

Load More