Banyak dari mereka akhirnya memilih menyerah sebelum berjuang lebih jauh.
Selain itu, anak muda penyandang disabilitas juga sering menghadapi tantangan berlipat ganda, mulai dari minimnya akses fasilitas pendidikan hingga sulitnya mendapatkan pekerjaan yang ramah disabilitas.
Keterbatasan akses terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan juga menjadi faktor krusial. Tidak semua wilayah di Sumsel memiliki lembaga pelatihan atau sekolah vokasi yang memadai, sehingga potensi generasi muda sulit berkembang.
Belum lagi masalah keterbatasan biaya, yang membuat banyak keluarga tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Baca Juga: Bukan di Bumi Sriwijaya, Ini Alasan Sumsel United Pilih Jakabaring untuk Latihan Perdana
Di sisi lain, ada pula anak muda, khususnya perempuan, yang harus memikul tanggung jawab pekerjaan rumah tangga.
Situasi ini membuat ruang gerak mereka semakin terbatas untuk menata masa depan.
Semua faktor ini saling berkaitan, menciptakan lingkaran yang sulit diputus jika tidak ada intervensi serius dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menjadi bom waktu yang mengancam bonus demografi Indonesia, termasuk di Sumatera Selatan.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka generasi emas Sumatera Selatan bisa berubah menjadi generasi yang kehilangan harapan dan kesempatan.
Baca Juga: Profil Harry Gale, Bankir Senior yang Jadi Dirut Bank Sumsel Babel
Apa Solusinya?
Untuk menjawab tantangan tingginya angka Youth NEET di Sumatera Selatan, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel telah memetakan sejumlah langkah strategis yang bisa menjadi solusi konkret.
Kepala BPS Sumatera Selatan, Wahyu Yulianto menerangkan jika salah satunya adalah dengan memperluas akses dan meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga generasi muda memiliki bekal keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Selain itu, pelatihan dan peningkatan keterampilan (upskilling) harus terus didorong, terutama yang sesuai dengan perkembangan industri, termasuk teknologi dan digital.
Penciptaan lapangan kerja yang ramah pemuda juga menjadi fokus penting, khususnya di sektor kreatif dan digital yang kini semakin berkembang.
Tak kalah penting, BPS juga menyoroti perlunya fasilitasi wirausaha bagi generasi muda, agar mereka tidak hanya bergantung pada pekerjaan formal, tetapi juga mampu mandiri secara ekonomi.
Berita Terkait
-
Bukan di Bumi Sriwijaya, Ini Alasan Sumsel United Pilih Jakabaring untuk Latihan Perdana
-
Profil Harry Gale, Bankir Senior yang Jadi Dirut Bank Sumsel Babel
-
Berpengalaman di Bank Mandiri, Harry Gale Bakal Jadi Direktur Utama Bank Sumsel Babel
-
RUPS Bank Sumsel Babel Tetapkan Dividen Rp237,9 Miliar, Kinerja Keuangan Tetap Solid
-
Kabar Gembira! Bank Sumsel Babel Bagi Dividen Rp237,9 Miliar, Laba Bersih Rp475,8 Miliar
Terpopuler
- Erick Thohir Salaman dengan Penyerang Keturunan Brasil Rp782 Miliar Jelang Ronde 4
- Berakhir Anti-klimaks, Lika-Liku Isu Jay Idzes Dibeli Inter Milan, Fiorentina Hingga Udinese
- Hari Ini Jokowi Ultah ke-64, Poster Ucapan Selamat Ini Bikin Publik Syok: Innalillahi
- 4 Rekomendasi Mobil Bekas dengan Sunroof: Harga Mulai Rp50 Jutaan, Bikin Keluarga Naik Kelas
- Here We Go! PSSI Proses 3 Pemain Keturunan: 2 Bek, 1 Striker!
Pilihan
-
Niat Baik Danantara Terganjal Aturan Bursa Efek Indonesia
-
AS Serang Iran, Kantor Sri Mulyani Kencangkan Ikat Pinggang
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM Besar, Performa Lancar Terbaik Juni 2025
-
5 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan Terbaru, RAM Besar dengan Performa Gahar
-
Pemain Keturunan Rp55,6 Miliar Main Bola di Kampung Pakai Gawang Bambu
Terkini
-
7 Inspirasi Desain Rumah Sederhana, Cocok untuk Keluarga Muda dengan Bujet Minimal
-
5 Fakta Ayu Ting Ting Masuk Rumah Sakit Usai Rayakan Ultah, Keluarga Ungkap Kronologi
-
Harga Minyak Goreng Premium Naik: Tembus Rp22 Ribu per Liter
-
Bukan Sekadar Perhiasan, Ini 5 Alasan Gelang Charm Jadi Favorit Kaum Hawa
-
10 Inspirasi Warna Cat Rumah Minimalis, Bikin Hunian Terlihat Lebih Mewah dan Elegan