SuaraSumsel.id - Dalam dunia investasi, dua instrumen yang paling populer dan sering dibandingkan adalah saham dan reksadana.
Keduanya memiliki potensi keuntungan yang menjanjikan, tetapi juga disertai risiko yang berbeda.
Di tahun 2025, dengan kondisi pasar yang dinamis dan kemajuan teknologi finansial, banyak investor baik pemula maupun berpengalaman bertanya-tanya mana yang lebih menguntungkan, investasi saham atau reksadana?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penting untuk memahami terlebih dahulu karakteristik masing-masing instrumen investasi.
Apa Itu Investasi Saham?
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seseorang terhadap sebuah perusahaan terbuka.
Ketika Anda membeli saham, Anda secara tidak langsung menjadi pemilik sebagian perusahaan tersebut dan berhak atas keuntungan berupa dividen serta potensi capital gain.
Keuntungan dari saham bisa sangat besar dalam waktu singkat jika harga saham naik. Namun, potensi kerugiannya pun sebanding.
Harga saham sangat fluktuatif, dipengaruhi oleh kinerja perusahaan, kondisi ekonomi, sentimen pasar, hingga peristiwa global.
Oleh karena itu, investasi saham memerlukan pemahaman mendalam, analisis yang tajam, dan kesiapan menghadapi risiko.
Baca Juga: BRI Bayarkan Dividen Tunai ke Rekening Investor, Nilai Total Mencapai Rp31,4 Triliun
Apa Itu Reksadana?
Reksadana adalah wadah investasi kolektif yang dikelola oleh manajer investasi.
Dana yang terkumpul dari para investor kemudian diinvestasikan ke berbagai instrumen seperti saham, obligasi, atau pasar uang, tergantung jenis reksadananya.
Keuntungan utama reksadana terletak pada diversifikasi risiko dan kemudahan akses.
Investor tidak perlu pusing menganalisis saham satu per satu karena semuanya sudah diurus oleh manajer investasi profesional.
Reksadana sangat cocok untuk investor pemula yang ingin merasakan dunia investasi dengan risiko yang lebih terukur.
Perbandingan Saham vs Reksadana di 2025
Tingkat Pengembalian (Return)
Saham memberikan potensi return yang lebih tinggi, terutama jika investor mampu memilih saham unggulan dan menjualnya pada saat yang tepat.
Reksadana cenderung memberikan return yang lebih stabil, meskipun tidak setinggi saham individual. Namun, hasilnya tetap kompetitif, terutama pada reksadana saham yang dikelola dengan baik.
Risiko
Risiko saham lebih tinggi karena fluktuasi harga pasar. Investor bisa kehilangan sebagian besar modal jika harga saham anjlok.
Risiko reksadana lebih rendah karena adanya diversifikasi dan pengelolaan oleh profesional. Namun, reksadana tetap bisa mengalami penurunan nilai, terutama reksadana saham.
Kemudahan dan Aksesibilitas
Saham membutuhkan waktu dan keahlian untuk menganalisis. Investor aktif harus rajin mengikuti berita pasar dan laporan keuangan.
Reksadana lebih mudah diakses dan cocok untuk investor pasif. Dengan modal kecil, siapa pun bisa mulai berinvestasi melalui platform digital.
Likuiditas
Saham sangat likuid. Anda bisa membeli dan menjual saham kapan saja selama jam bursa.
Reksadana umumnya bisa dicairkan dalam waktu 1–7 hari kerja, tergantung pada jenis dan kebijakan manajer investasi.
Biaya
Saham memiliki biaya transaksi seperti fee broker dan pajak atas keuntungan.
Reksadana memiliki biaya manajemen dan biaya pembelian/penjualan (tergantung produk), yang bisa menggerus return jika tidak diperhatikan.
Mana yang Lebih Untung di 2025?
Jawaban atas pertanyaan ini sangat tergantung pada profil risiko dan tujuan keuangan masing-masing investor.
Jika Anda adalah tipe investor agresif, memiliki waktu untuk memantau pasar, dan siap menghadapi risiko, maka saham bisa memberikan keuntungan lebih tinggi.
Sebaliknya, jika Anda lebih konservatif, ingin hasil yang stabil, dan tidak punya waktu untuk memantau pasar harian, reksadana adalah pilihan yang tepat.
Tahun 2025 diprediksi tetap menjadi tahun yang menarik bagi dunia investasi, dengan peluang besar di sektor teknologi, energi terbarukan, dan keuangan digital. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan dalam memilih instrumen.
Investasi saham dan reksadana sama-sama memiliki keunggulan dan tantangannya masing-masing.
Tidak ada jawaban mutlak mana yang paling untung di 2025, karena semua kembali pada kesiapan, strategi, dan tujuan finansial Anda.
Bahkan, banyak investor memilih untuk mengombinasikan keduanya agar mendapatkan keseimbangan antara potensi keuntungan dan pengelolaan risiko.
Yang terpenting, lakukan riset, pahami produk, dan terus tingkatkan literasi keuangan Anda.
Berita Terkait
-
BRI Bayarkan Dividen Tunai ke Rekening Investor, Nilai Total Mencapai Rp31,4 Triliun
-
Bagikan Nilai Tambah bagi Pemegang Saham, BRI Dividen Rp31,4 Triliun pada 10 April 2025
-
Masih Undervalued, BRI Lakukan Buyback Saham
-
Dituntut 18 Tahun Kasus Dugaan Korupsi, Eks Dirut PTBA Divonis Bebas
-
5 Fakta Vonis Bebas Eks Dirut PTBA Kasus Dugaan Korupsi Akuisisi Saham
Terpopuler
- Dulu Dicibir, Keputusan Elkan Baggott Tolak Timnas Indonesia Kini Banjir Pujian
- Lupakan Brio, Ini 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Sporty dan Irit Mulai Rp60 Jutaan
- Siapa Brandon Scheunemann? Bek Timnas Indonesia U-23 Berdarah Jerman yang Fasih Bahasa Jawa
- Di Luar Prediksi! 2 Pemain Timnas Indonesia Susul Jay Idzes di Liga Italia
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Nissan 3 Baris Mulai Rp50 Jutaan, Pas untuk Keluarga
Pilihan
-
Krisis Air Ancam Ketahanan Pangan 2050, 10 Miliar Penduduk Dunia Bakal Kerepotan!
-
Mentan Amran Sebut Ada Peluang Emas Ekspor CPO RI ke AS usai Kesepakatan Tarif
-
Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Grup B Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
-
Rekor Pertemuan Timnas Indonesia vs Arab Saudi dan Irak di Grup B Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia
-
BREAKING NEWS! Drawing Tuntas, Timnas Indonesia Hadapi Dua Negara Ini
Terkini
-
Danantara: BRI Mampu Jangkau Penjuru Negeri dan Menjadi Bagian Penting dalam Kehidupan Masyarakat
-
11 Desain Rumah Kecil Sederhana yang Estetik, Bikin Betah dan Nyaman!
-
Gengsi Sama, Kantong Aman: 5 Rekomendasi Smartwatch Setara Garmin dengan Harga Lebih Murah
-
LKG BRI Berangkat ke Piala Dunia Remaja di Swedia, Pelepasan Dilakukan di BRI Brilian Stadium
-
Pengusaha Eksportir Karet Sumsel Sambut Positif Trump Deal: Ketegangan Dagang Mulai Reda