SuaraSumsel.id - Kasus keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan (Sumsel), akhirnya mulai menemui titik terang.
Dinas Kesehatan Kabupaten PALI mengungkap hasil pemeriksaan laboratorium atas sampel makan bergizi gratis (MBG) yang diduga menjadi penyebab insiden tersebut.
Sampel-sampel tersebut telah diperiksa di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Palembang, dan hasilnya menunjukkan bahwa ada dua faktor utama yang diduga kuat menjadi penyebab keracunan: tempe goreng dan air PAM yang digunakan dalam pengolahan makanan.
Plt Kepala Dinas Kesehatan PALI, Andre Fajar Wijaya, menjelaskan bahwa dari berbagai sampel yang diperiksa—mulai dari muntahan siswa, sisa makanan yang dikonsumsi, makanan yang disimpan di dapur, hingga air yang digunakan dalam proses memasak—terdapat hasil mencengangkan pada dua unsur utama.
Baca Juga: Baru 3 Bulan Cerai, Wanita Muda di PALI Jadi Korban Nafsu Ayah Kandungnya Sendiri
“Untuk sampel nasi, ikan tongkol suwir, dan sayur labu jagung, hasilnya masih tergolong aman. Tidak ditemukan zat berbahaya seperti formalin, salmonella, shigella, atau vibrio cholera. Bahkan, kandungan e-coli dalam makanan utama masih dalam batas baku mutu,” terang Andre dalam konferensi pers pada Senin (19/5/2025).
Namun berbeda dengan tempe goreng yang disajikan dalam menu MBG.
Hasil laboratorium menunjukkan kandungan Staphylococcus aureus mencapai 45.000, jauh melebihi ambang batas baku mutu yang ditetapkan dalam Permenkes RI Nomor 2 Tahun 2023, yakni kurang dari 100.
“Temuan ini sangat signifikan dan cukup menjelaskan mengapa banyak siswa mengalami gejala keracunan seperti mual, muntah, dan diare. Staphylococcus aureus bisa menghasilkan enterotoksin yang sangat berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah banyak,” ungkap Andre.
Air PAM dan Sumur Bor Juga Tercemar
Baca Juga: Program MBG Dihentikan Sementara Setelah 174 Siswa di PALI Diduga Keracunan
Tak hanya makanan, air yang digunakan untuk memasak di dapur penyedia MBG juga terbukti tercemar.
Air bersih yang berasal dari PAM dan sumur bor mengandung total coliform dan E-coli yang melebihi ambang batas aman untuk konsumsi.
“Air yang digunakan untuk mengolah makanan seharusnya bebas dari kontaminan mikrobiologis. Sayangnya, dalam kasus ini, baik air PAM maupun air sumur bor memiliki kandungan bakteri yang tinggi dan membahayakan kesehatan,” imbuh Andre.
Langkah Lanjut dan Evaluasi Program MBG
Pemerintah Kabupaten PALI langsung mengambil langkah cepat pasca pengumuman hasil laboratorium ini. Dinas Kesehatan bersama pihak terkait akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyediakan makanan MBG.
“Program MBG sejatinya adalah langkah positif untuk membantu kebutuhan gizi siswa. Tapi jika proses penyimpanan, pengolahan, hingga sanitasi air tidak dijaga, maka justru bisa membahayakan nyawa,” tegas Andre.
Dinkes PALI juga mengimbau semua penyedia makanan MBG agar memperhatikan standar kebersihan dapur, proses pengolahan, serta sumber air yang digunakan. Pihaknya akan segera melakukan inspeksi ke seluruh sekolah dan dapur penyedia MBG untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Kondisi Siswa Kini Stabil
Ratusan siswa yang sempat dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit karena gejala keracunan kini dilaporkan mulai membaik. Sebagian besar sudah kembali ke rumah, meskipun beberapa masih dalam pemantauan intensif tenaga medis.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten PALI juga berjanji akan memperketat pengawasan terhadap pihak penyedia menu MBG dan berkoordinasi lebih erat dengan Dinas Kesehatan.
Setelah insiden keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Kabupaten PALI, program makan bergizi gratis (MBG) hingga kini belum kembali dilanjutkan.
Ketidakjelasan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan guru, mengingat program tersebut sebelumnya menjadi tumpuan harapan dalam upaya meningkatkan gizi dan konsentrasi belajar anak-anak di sekolah.
Meski penyebab keracunan sudah diungkap—yakni kontaminasi bakteri pada bahan makanan dan air—belum ada kejelasan soal langkah evaluasi menyeluruh ataupun kepastian kapan program akan kembali berjalan.
Padahal, di balik insiden yang memilukan itu, banyak siswa yang merasakan manfaat nyata dari adanya makanan gratis setiap hari. Kini, yang tersisa hanyalah kecemasan: akankah program dilanjutkan dengan sistem pengawasan yang lebih ketat, atau justru dihentikan selamanya karena trauma dan ketakutan?
Berita Terkait
-
Baru 3 Bulan Cerai, Wanita Muda di PALI Jadi Korban Nafsu Ayah Kandungnya Sendiri
-
Program MBG Dihentikan Sementara Setelah 174 Siswa di PALI Diduga Keracunan
-
Perkembangan Terbaru Kasus Keracunan 121 Siswa di PALI Usai Santap MBG
-
Puluhan Siswa SD di PALI Tumbang Usai Santap MBG, Dilarikan ke RS dalam Kondisi Lemas
-
Fakta di Balik Pembatalan Kunjungan Prabowo Tinjau MBG Sekolah di Palembang
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- Asisten Pelatih Liverpool: Kakek Saya Dulu KNIL, Saya Orang Maluku tapi...
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Pengganti Elkan Baggott Akhirnya Dipanggil Timnas Indonesia, Jona Giesselink Namanya
- Berapa Harga Sepatu Hoka Asli 2025? Cek Daftar Lengkap Model & Kisaran Harganya
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP Infinix Murah dengan NFC Terbaru Juli 2025
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 6 GB Terbaru Juli 2025, Multitasking Masih Lancar!
-
Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
-
Kata-kata Jordi Amat Usai Gabung ke Persija Jakarta
-
7 Rekomendasi Merek AC Terbaik yang Awet, Berteknologi Tinggi dan Hemat Listrik!
Terkini
-
Usai Jembatan Ambruk, Bursah Zarnubi Setop Total Angkutan Batu Bara di Lahat
-
5 Desain Fasad Rumah Minimalis Paling Keren: Tampil Menonjol di Lingkungan Sekitar
-
3 Cabang Jadi Kunci, AgenBRILink Ini Bantu Petani Kelola Keuangan Lebih Baik
-
5 Rekomendasi Set Top Box (STB) Terbaik untuk TV Digital 2025, Murah Gambar Terang
-
Butuh Uang? Segera Klaim 10 Link DANA Kaget Terbaru Khusus buat Kamu