Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 19 Mei 2025 | 13:06 WIB
Besok 20 Mei, Ojol di Palembang stopkan layanan karena menggelar aksi damai

SuaraSumsel.id - Suasana Kota Palembang diprediksi akan berubah drastis pada Selasa, 20 Mei 2025 esok hari.

Jalanan yang biasanya riuh dengan lalu-lalang pengemudi ojek online (ojol), kemungkinan akan terasa lebih sepi.

Sebab, ribuan driver dari berbagai platform seperti Gojek, Grab, dan Maxim telah menyatakan komitmennya untuk off-bid atau mematikan (menonaktifkan) aplikasi selama satu hari penuh, dalam aksi damai bertajuk “Kebangkitan Ojol Nasional.”

Namun, aksi ini bukan sekadar bentuk mogok kerja biasa.

Baca Juga: Pasar Modal Inklusif: Difabel Palembang Antusias Belajar Investasi Saham

Ia adalah panggilan hati, ungkapan kegelisahan kolektif dari mereka yang selama ini merasa diabaikan oleh sistem.

Lebih dari Sekadar Protes

Aliansi Ojol Palembang Bersinergi—gabungan dari berbagai komunitas dan organisasi pengemudi daring di Sumatera Selatan—menegaskan bahwa aksi 20 Mei adalah momentum kebangkitan moral.

Dalam rapat pemantapan yang digelar Sabtu (17/5) di Sekretariat DPD Asosiasi Driver Online (ADO) Sumsel, ribuan driver menyatakan kesiapannya untuk berdiri dalam satu barisan.

“Kami mohon maaf kepada masyarakat jika 20 Mei nanti pengantaran terganggu atau jalanan sedikit padat. Tapi ini bukan mogok kerja biasa. Ini adalah seruan perubahan, agar suara kami yang selama ini tenggelam, akhirnya terdengar,” kata Muhammad Asrul Indrawan, Ketua Umum DPD ADO Sumsel, kepada wartawan.

Baca Juga: Tembok Roboh di PTC Palembang! Penjaga Parkir Terluka, Motor-Motor Rusak

Para pengemudi menyerukan perbaikan sistem kemitraan, transparansi insentif, dan kehadiran negara dalam memberikan perlindungan hukum dan sosial kepada pekerja sektor transportasi daring.

Doa dan Shalawat di Tengah Jalan

Uniknya, aksi ini akan dibingkai dalam suasana spiritual.

Bukan teriakan atau kemarahan yang mendominasi, melainkan lantunan shalawat, doa bersama, dan istighosah.

Titik kumpul aksi akan berubah menjadi ruang kontemplasi massal, tempat ribuan orang memohonkan kejernihan hati bagi para pemimpin negeri.

“Kami ingin para pemimpin diberi kejernihan hati agar berpihak pada rakyat kecil seperti kami. Jangan anggap kami cuma tukang antar. Kami juga tulang punggung ekonomi digital kota ini,” tegas Asrul.

Menurutnya, aksi damai ini juga akan menyertakan orasi-orasi yang membangun, bukan provokasi. Bahkan, para driver berencana mendoakan para pejabat mulai dari Presiden RI hingga Wali Kota Palembang.

Seruan Nasional dari Kota Pempek

Palembang menjadi salah satu kota yang memulai gerakan ini, namun gema aksinya diprediksi menjalar ke kota-kota besar lain di Indonesia.

20 Mei yang juga bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, dianggap sebagai momen simbolik untuk menggugah kesadaran semua pihak tentang pentingnya keadilan dalam dunia kerja digital.

“Selama ini kami tidak memiliki suara. Sistem rating bisa menghukum kami tanpa proses, insentif tak jelas asalnya, dan kami tak memiliki ruang untuk bernegosiasi. Hari ini, kami ingin didengar,” ujar Reno, salah satu pengemudi dari komunitas driver di Jakabaring.

ojol di Palembang bakal matikan layanan pada 20 Mei 2025 besok karena menggelar aksi damai

Apa Harapan Mereka?

Aliansi Ojol Palembang Bersinergi tak sekadar turun ke jalan, mereka membawa suara hati ribuan driver yang selama ini bekerja dalam bayang-bayang sistem yang dianggap tak berpihak.

Dalam aksi damai bertajuk “Kebangkitan Ojol Nasional”, mereka mengusung tiga tuntutan utama: perbaikan sistem kemitraan agar lebih adil dan manusiawi, transparansi dalam pemberian bonus dan insentif yang selama ini kerap membingungkan, serta kehadiran nyata pemerintah sebagai pelindung bagi para pekerja informal digital.

Bagi mereka, ini bukan soal rupiah semata, tapi tentang martabat dan keadilan bagi para penggerak ekonomi di era digital.

Tak sedikit di antara driver yang mengalami pemutusan kemitraan secara sepihak tanpa pembelaan. Banyak pula yang terjerat utang karena sistem sewa motor yang mencekik.

Kota Tanpa Ojol, Tapi Penuh Suara Hati

Palembang mungkin akan sedikit lebih padat pada 20 Mei karena absennya ribuan ojol yang biasa menjadi roda penggerak logistik harian. Tapi di balik keheningan itu, ada suara keras yang sedang diperjuangkan: hak, keadilan, dan pengakuan.

Aksi ini bukan sekadar off-bid, tetapi adalah doa panjang dari para pahlawan ekonomi digital yang selama ini jarang mendapat tempat dalam narasi besar pembangunan kota.

Load More