SuaraSumsel.id - Masyarakat yang hidup di Sumatera Selatan (Sumsel) diperkirakan sudah mengenal seni sastra dari masa Kedatuan Sriwijaya. Berdasarkan catatan sejarah, Kedatuan Sriwijaya pada abad ke-7 memiliki pusat pendidikan bahasa dan sastra Sansekerta, yang terhubungan dengan Universitas Nalanda, Bihar, India.
Pertanyaannya, apakah masih ditemukan jejaknya?
Sampai saat ini belum ditemukan bukti-bukti teks seni sastra dari peninggalan Kedatuan Sriwijaya di Sumatera Selatan.
Tapi beberapa abad setelah kejatuhan Kedatuan Sriwijaya, tradisi seni sastra dan bahasa cukup berkembang pada masyarakat di Sumatera Selatan. Baik menggunakan aksara Brahmi [aksara Kaganga], Arab, maupun Latin.
Baca Juga: Diskusi Video Art Bersenandung di Perahu Kajang: Menjaga Pesan-Pesan Luhur
Salah satu satu seni sastra dari masa lampau yang masih bertahan di Sumsel yakni sastra klasik yang dituturkan yang kemudian dikenal sebagai “sastra tutur” dan mantra.
Apakah isi atau tema dari sastra tutur tersebut mencerminkan nilai-nilai luhur dari masyarakat yang hidup dari masa Kedatuan Sriwijaya?
Beranjak dari pertanyaan tersebut, Teater Potlot mengusung program “Bersenandung di Perahu Kajang: Menjaga Pesan-Pesan Luhur”. Program ini dijalankan dari Januari-September 2024, yang didukung Kemendikbud Ristek melalui Danaindonesiana dan LPDP.
“Program ini upaya membaca seni sastra pada masyarakat di lahan basah Sungai Musi, baik sastra klasik maupun modern. Seni sastra ini dihubungkan dengan berbagai pengetahuan dan kearifan masyarakat, khususnya perempuan, dengan lahan basah,” kata Nopri Ismi, M.Ling, Divisi Program Teater Potlot.
Dipilihnya wilayah lahan basah Sungai Musi, sebab wilayah lahan basah yang berupa rawa, sungai, dan mangrove, sudah didiami masyarakat dari masa sebelum lahirnya Kedatuan Sriwijaya hingga hari ini.
Baca Juga: Gerakan Minum Kopi Serentak di Pinggir Sungai Sumsel Pecahkan Rekor MURI
Wilayah lahan basah adalah supermarket bagi masyarakat; sebagai sumber pangan, sandang, papan, dan ekonomi. Lahan basah pun melahirkan beragam tradisi dan budaya dalam peradaban bahari.
Dijelaskan Nopri, produk dihasilkan, pertama video art.
Video art ini hasil ramuan puisi nan klasik dan modern, musik, tari, teater, dan multimedia, yang melibatkan penyair, penutur sastra tutur, penari, aktor, pemusik, mahasiswa, pelajar, nelayan, petani, serang perahu, dan lainnya, di Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Musi Banyuasin, dan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
Kedua, buku dengan judul “Sastra Tutur dan Perempuan Lahan Basah Sungai Musi”.
Buku ini mencoba membaca peran perempuan di lahan basah Sungai Musi yang luar biasa, melalui sastra tutur. Narasumber kunci dari buku adalah maestro sastra tutur perempuan sejumlah wilayah di lahan basah Sungai Musi, serta informan kunci lainnya.
Riset dan penulisan buku ini melibatkan akademisi, pekerja sastra, dan pegiat lingkungan.
Video art akan diputar dan diskusikan pada sejumlah perguruan tinggi serta dipublikasikan melalui media sosial.
Sementara buku selain disebarkan ke berbagai pihak, terutama ke sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pemerintah, juga akan didiskusikan.
Harapannya, program ini berdampak lahirnya upaya penggalian dan pelestarian seni sastra di Sumatera Selatan dengan beragam karya yang kreatif dan inovatif, dan sebagai sumber ilmu pengetahuan sehingga mendorong pemajuan kebudayaan di Indonesia.
Baik yang dilakukan pekerja budaya, pekerja seni, akademisi, pegiat lingkungan, penyelenggara pemerintahan, dan lainnya.
Program ini juga diharapkan menjadi inspirasi berbagai pihak untuk menggali, mengumpulkan dan menandai jejak kebesaran pendidikan bahasa dan sastra di masa Kedatuan Sriwijaya.
“Dan, semoga perahu kajang terus membawa perjalanan nilai-nilai luhur dari karya sastra di Sumatera Selatan,” kata Nopri.
Berita Terkait
-
Kekayaan Gubernur Herman Deru di LHKPN, Minta CPNS Tiru Semangat Leluhur Usir Penjajah Pakai Bambu Runcing
-
Review Sing Sing: Ketika Seni Menjadi Obat Luka di Balik Jeruji Besi
-
Baru Seumur Jagung! BBN Airlines Tutup Semua Rute Penerbangan Domestik di Indonesia
-
Dilantik Prabowo di Istana, Ini Fokus Gubernur Sumsel Herman Deru di 100 Hari Pertama Kerja
-
Kampus Seni Takut pada Seni, Ironi Larangan Pementasan Teater Wawancara dengan Mulyono
Terpopuler
- Dukung Penyidik Tahan Nikita Mirzani, Pakar Justru Heran dengan Dokter Reza Gladys: Kok Bisa...
- Full Ngakak, Bio One Komentari Pengangkatan Ifan Seventeen Jadi Dirut PT Produksi Film Negara
- Ifan Seventeen Tiba-Tiba Jadi Dirut PFN, Pandji Pragiwaksono Respons dengan Dua Kata Menohok
- 3 Alasan yang Bikin Ustaz Derry Sulaiman Yakin Denny Sumargo, Hotman Paris dan Willie Salim Bakal Mualaf
- Hotman Paris Skakmat Fidaus Oiwobo, Ketahuan Bohong Soal Keturunan Sultan Bima
Pilihan
-
Saham BJBR Anjlok, Aksi Jual Marak Usai Dirut dan Corsec Terjerat Korupsi Dana Iklan Bank BJB
-
Owner Wong Solo Grup Laporkan Pengusaha Asal Bekasi dalam Kasus Penipuan Investasi
-
Sosok Widi Hartoto Corsec Bank BJB Tersangka Kasus Korupsi Iklan, Punya Harta Miliaran Rupiah
-
Kembali Difitnah Soal Kirim Utusan ke PDIP, Jokowi: Diam dan Senyumin Aja
-
Driver Ojol Dapat 'Tunjangan Hari Raya (THR)' 2025, Ini Kriteria dan Syaratnya
Terkini
-
Waktu Berbuka Puasa di Palambang, Lubuklinggau, Prabumulih, dan Pagar Alam, 14 Ramadan 1446 H
-
Warga Palembang Wajib Tahu! Sistem Ganjil-Genap Segera Diterapkan, Ini Rute & Aturannya
-
Tol Palembang-Betung Ditargetkan Rampung April 2026, Ini Progres Terbarunya
-
Jadwal Imsakiyah 14 Maret 2025: Wilayah Palembang, Banyuasin, dan Ogan Ilir
-
Sedekah Kuota Ramadan! Tri Ajak Anak Muda Berbagi Kebaikan Hanya dengan Satu Klik