SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan (Sumsel) mendapat proyeksi target bauran energi bersih di angka mencapai 70 persen pada 2045 mendatang oleh Pemerintah Pusat. Target ini dinilai masih sulit tercapai oleh Pemerintah Daerah (Pemda).
Karena itu, Sumsel pun meminta agar target tersebut turun di angka 50 persen.
Dalam kegiatan Forum Energi yang digagas IESR dan Pemerintah Provinsi Sumsel, Kepala Bidang Energi Dinas ESDM Sumsel, Aryansyah menyatakan Sumsel siap menjalankan sekaligus mendukung program transisi energi menuju net zero emisi 2060 yang telah ditargetkan secara global maunpun nasional.
"Pemprov sumsel berkontribusi dalam pengembangan sektor EBT dan diversifikasi energi guna mendapatkan energi bersih yang ramah lingkungan.Ke depannya pemanfaatan energi bersih yang berbasis energi baru dan terbarukan di Sumatera Selatan dapat lebih berkembang ke seluruh lapisan masyarakat," ujarnya dalam sesi paparan.
Menurut ia, proyeksi bauran energi bersih di angka 50 persen masih cukup realistis untuk Sumsel yang menyandarkan sumber pendapatan daerah dari komoditi batu bara atau energi fosil lainnya.
Bauran energi sendiri ialah upaya yang dilakukan dalam mentransisikan energi bersih dalam kebutuhan energi primer yang dibutuhkan.
"Jika di angka 70 memang sulit, karena sektor energi seperti migas dan batu bara menjadi sandaran bagi Summsel. Beda situasinya dengan daerah lain yang tidak menjadikan kedua sektor ini sebagai sumber PAD," ucapnya.
Sehingga ia menyakini dukungan pada transisi energi sebaiknya dilaksanakan dengan kemampuan daerah membaca peluang dan tantangan.
"Hendaknya jalannya smooth saja. Kabupaten dan kota (daerah) yang bergerak guna lingkungan yang lebih terjaga," imbuhnya.
Baca Juga: Bersatu Melawan Sensor, Koalisi Pers Sumsel Aksi Tolak Revisi UU Penyiaran
Peneliti Unsri yang bekerja sama dengan IESR, Imam Asgari menjabarkan sejumlah tantangan dan peluang transisi energi di Sumsel.
Imam menganalisis skema transisi energi di kabupaten Lahat yang menjadi wilayah penghasil tambang batu bara namun juga kaya akan potensi energi bersih melalui pengembangan hilirisasi (pertanian), UMKM dan wisata.
Setidaknya ada lima tantangan dalam transisi energi bertahap dalam upaya mengurangi emisi dan produksi batu bara di Sumsel.
"Transisi energi bertahap jelas mengakibatkan ekonomi tubuh menurun (melambat) yang berdampak pada munculnya masalah sosial seperti pengangguran pekerja tambang," ucapnya.
Dampak sektoral lainnya ialah angka kemiskinan meningkat serta yang paling terasa ialah penurunan dana bagi hasil SDA,
"Karena itu butuh upaya hilirisasi pertanian sebagai bagian dari penciptaan ekonomi baru di daerah," ucapnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- Biodata dan Pendidikan Gus Elham Yahya yang Viral Cium Anak Kecil
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Dukung Ekonomi Rakyat, BRI Kembangkan 41.715 Klaster Usaha dan LinkUMKM
-
Listrik Padam di Palembang Hari Ini, Cek Daftar Wilayah yang Terdampak!
-
Ketika Hulu Migas Menanam Pengetahuan, dan Dari Daun Kecil Tumbuh Kesehatan Desa
-
Harga Sepeda Peserta Gran Fondo 2025 Jadi Sorotan, Benarkah Bisa Ada yang Setara Motor?
-
5 Fakta Festival Danau Ranau 2025 yang Bikin Heboh dan Wajib Kamu Tahu