Tasmalinda
Jum'at, 28 Oktober 2022 | 12:14 WIB
Ilustrasi batu bara dari tambang. Permintaan bahan bakar fosil kian menurun hingga 2050, ekspor batu bara bakal anjlok (shutterstock)

Porsi pembangkitan listrik batu bara (unabated coal) akan terus mengalami penurunan. Walaupun krisis energi telah mengurangi perhatian dunia terhadap krisis iklim namun jawaban untuk mengatasi keduanya ternyata sama: transisi menuju energi bersih.

Analis energi dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) Putra Adhiguna mengatakan peran gas sebagai ‘jembatan’ transisi energi akan semakin dalam tekanan besar.

Dengan terpinggirkannya Rusia sebagai eksportir gas raksasa ke Eropa, dorongan untuk memendekkan jembatan perdagangan ini semakin menguat.

"Volatitas harga menyulitkan negara-negara berkembang importir LNG (gas cair) dalam berkompetisi dengan pasar-pasar besar. Hal ini turut menekan reputasi gas sebagai energi yang kerap menjanjikan opsi energi yang ‘affordable and reliable’." ujar ia,

Baca Juga: Instruksi Keras Kapolda Sumsel Larang Anggota Gerebek Pakai Baju Preman, Tanpa Indentitas

Putra menambahkan, "Indonesia masih memiliki cadangan gas yang bisa bertahan beberapa dekade, namun harus sangat berhati-hati dalam mendorong penggunaan gas besar-besaran dengan ‘harga semu’. Melindungi pembangkit listrik dan industri dengan harga semu yang ditopang pemerintah hanyalah landas pacu yang harus digunakan dengan baik."

Load More