Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Selasa, 02 Agustus 2022 | 18:13 WIB
Komoditas Cabai. Di Palembang, harga cabai masih belum stabil [Suara.com/Siti Umnah]

SuaraSumsel.id - Harga komoditas cabai di Sumatera Selatan atau Sumsel masih belum stabil. Di kota Palembang misalnya, harga cabai sempat melonjak pada periode Juli 2022. Pasca perayaan Idul Adha 1444 H yang jatuh pada 10 Juli 2022 lalu hingga Selasa, 2 Agustus 2022 harga komoditas cabai mulai kembali naik.

Salah satu pedagang sayur di KM 5 yang bernama Lina, mengatakan setelah lebaran Idul Adha harga cabai sempat turun namun kembali naik. "Kalau tidak salah dua hari sebelum lebaran sudah naik, dari harga Rp40 ribu jadi Rp80 ribu per kilo terus naik lagi jadi Rp100 ribu. Setelah lebaran turun, gak banyak jadi Rp80 ribu per kilogram," kata Lina saat diwawancara di KM 5 Palembang pada Selasa, (2/8/2022).

Penurunan harga komoditas cabai ini baru terjadi sekitar satu minggu yang lalu. "Kalau turunnya baru seminggu yang lalu karena kalau lain jenis cabe-nya ya lain lagi harganya. Saat ini harga modal komoditas cabai merah keriting masih mahal yaitu di angka Rp70 Ribu per kilo dan harga jual Rp80 ribu per kilo," tambah dia.

Pedagang yang telah berjualan selama dua tahun tersebut menjelaskan bahwa harga cabai merah talang masih relatif tinggi dibandingkan harga cabai dengan jenis cabai lainnya.

Baca Juga: Pelayanan Pemkot Palembang Kurang Memuaskan, Ombudsman Sumsel Bakal Tambah Kriteria Penilaian

"Cabai rawit ijo turun dari Rp60 Ribu ke Rp50 Ribu per kilo, cabai burung turun dari harga Rp70 Ribu menjadi Rp60 Ribu per kilo, cabai jengki turun Rp70 Ribu menjadi Rp60 Ribu per kilo, cabai ijo turun dari harga Rp50 Ribu menjadi Rp35 Ribu per kilo, nah harga cabai merah masih tinggi dibanding cabai yang lain," ungkapnya.

Harga komoditas cabe menjadi naik bisa jadi disebabkan dari pasokan komoditas cabe tersebut kosong di pasar induk Jakabaring, Palembang.

"Kalau saya kan beli bahan pokok seperti cabe, bawang dan sayur-sayuran lainnya di pasar induk Jakabaring, jadi yang saya amati kalau bahan itu pasokannya kosong atau sedikit disana, pasti harganya naik," tegasnya.

Lina juga mengatakan jika banyak faktor yang menyebabkan bahan-bahan pokok terutama di Palembang menjadi langka sehingga mengalami kenaikan.

"Sebenarnya banyak faktor, bisa jadi pasokannya langka atau kosong di pasar induk itu karena kendala kebunnya banjir sehingga bahannya banyak yang rusak atau gagal panen, bisa juga terkendala dari pemasok seperti ada masalah di jalan waktu ngangkut bahan pokok dari daerah ke kota kena macet, jadi barangnya tidak sampai tepat waktu ke pedagang sehingga barangnya jadi sedikit," jelasnya.

Baca Juga: Kasus Kredit Macet Bank Sumsel Babel Dengan Kerugian Rp13,9 Miliar Diminta Terus Diusut

"Kalau lebaran kemarin mahal karena banyak orang yang beli cabe, karena cabe itu banyak peminatnya jadi cepat habis sehingga bahannya menipis makanya jadi mahal," tukasnya.

Sementara itu, Mang Udin yang juga berjualan komoditas cabai di pasar KM 5 menyebutkan bahwa harga komoditas cabai dalam tiga minggu terakhir lambat laun mulai menurun.

"Semua jenis cabe sudah mulai turun, mulai dari cabe merah, cabe rawit, cabe jengki dan cabe burung. Kita masih jual Rp80 Ribu per kilo," tuturnya.

Mang Udin juga mengatakan bahwa hingga saat ini harga komoditas cabe belum stabil karena belum kembali ke harga normal sebelum lebaran Idul Adha.

"Saya juga ambil dari pasar induk Jakabaring, tapi ada juga yang dari kebun sendiri. Yah paling tidak saya berharapnya harga cabe bisa kembali normal di harga Rp40 Ribu per kilo karena cabe juga lumayan banyak yang cari," tutupnya.

Kontributor: Siti Umnah

Load More