Jika dilihat dari kota dan kabupaten, maka kota Palembang menjadi wilayah di Sumsel yang paling banyak terjadi kekerasan pada anak.
Di tahun 2020, tercatat sebanyak 85 kasus kekerasan terjadi di Kota Palembang. Bentuk kekerasan yang banyak terjadi di Palembang yakni kekerasan fisik sebanyak 50 kasus, dan kekerasan psikis sebanyak 37 kasus.
Setelah kota Palembang, disusul dengan kabupaten Ogan Komering Ulu dengan jumlah kekerasan pada anak mencapai 35 kasus. Bentuk kekerasan yang paling sering terjadi di kabupaten itu adalah kekerasan fisik yakni 25 kasus dan kekerasan seksual mencapai 22 kasus.
Menurut lembaga Women Crisis Center (WCC) Palembang, kekerasan terutama kekerasan seksual ini ibarat fenomena gunung es. Fenomena yang baru sedikit terungkap di permukaan dengan banyak ditemukan yang belum terungkap.
Baca Juga: Akhir Pekan di Sumsel, Cuaca Berawan Dengan Potensi Hujan Disertai Petir
Banyak korban yang memilih untuk tidak melaporkan peristiwa kekerasan atau pelecehan seksual tersebut dengan berbagai alasan diantaranya relasi hubungan kuasa yang kuat atau tidak imbang antar pelaku dan korban.
Selain itu itu, proses hukum yang panjang sekaligus tekanan sosial atas nama menjaga nama baik institusi atau lembaga.
"Jika di lembaga pendidikan ini, tidak adanya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual yang melindungi korban, terutama kerahasiaan dan keamanan korban," ujar Ketua Dewan Pengurus WCC Palembang, Yeni Roslaini Izzi kepada Suara.com belum lama ini.
Pandemi Mendorong Angka Kekerasan Meningkat
Situasi pandemi mengakibatkan kehidupan ekonomi yang makin terdesak, apalagi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak. Situasi pandemi membuat laju ekonomi yang melambat membuat anak-anak pun menjadi korban. Baik dari sisi pendidikan, hingga harus menanggung beban keluarga.
Baca Juga: Cerita Getir Pelajar di Sumsel: Disekap Berhari-Hari, Disetubuhi 6 Pria Sampai Dijual Rp 1 Juta
Menanggung beban keluarga ini yang biasanya terjadi pada anak-anak jalanan.
"Selain perlunya edukasi mental kepada mereka. Jeratan orang-orang dekat, keluarga, bahkan kejadian ibu yang tidak segan memukul anak-anak jika tidak bekerja di jalanan jadi potret menahun mereka,” ujar Yenni.
Solusi atas fenomena menahun ini adalah terus menerus menjawab permasalahan mereka. Dari pihak kepolisian pun mengungkapkan upaya “memberantas” anak jalanan membutuhkan sinergisitas, terutama Pemerintah Daerah.
Kontributor: Achmad Fadli.
Berita Terkait
-
Akhir Pekan di Sumsel, Cuaca Berawan Dengan Potensi Hujan Disertai Petir
-
Ketua Umum Muhammadiyah: Anak Indonesia Butuh Teladan
-
Haedar Nashir: Sejatinya Anak-anak Memiliki Dunianya Sendiri
-
Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir: Anak-anak Butuh Lingkungan dan Keteladanan yang Baik
-
Alarm Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Mojokerto
Tag
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
Pilihan
-
Usai Terganjal Kasus, Apakah Ajaib Sekuritas Aman Buat Investor?
-
Bocor! Jordi Amat Pakai Jersey Persija
-
Sri Mulyani Ungkap Masa Depan Ekspor RI Jika Negosiasi Tarif dengan AS Buntu
-
Olahraga Padel Kena Pajak 10 Persen, Kantor Sri Mulyani Buka Suara
-
Sering Kesetrum Jadi Kemungkinan Alasan Ade Armando Dapat Jatah Komisaris PLN Nusantara Power
Terkini
-
Hemat Jutaan! Ini Dia Trik Jitu Bangun Rumah Tipe 36 dari Nol Tanpa Ngutang!
-
10 Merk TV Terbaik 2025, Gambar Jernih dan Tahan Lama!
-
Ekspor Menggeliat! Kilang Pertamina Plaju Sumbang Devisa USD 452 Juta Sepanjang 2024
-
Jangan Sampai Ketinggalan, 3 Link DANA Kaget Aktif Hari Ini, Siapa Cepat Dia Dapat
-
Terungkap! Jejak Pitis, Koin Kesultanan Palembang Ternyata Sudah Dicatat Sejak 1819