SuaraSumsel.id - Harga sayuran di Kota Palembang, Sumatera Selatan, merangkak naik. Hal ini, akibat berkurangnya pasokan dari sejumlah daerah penghasil sayuran.
Amelia, pedagang sayuran di Pasar Perumnas Palembang mengatakan kenaikan beragam jenis sayuran yang berkisar Rp2.000—Rp3.000 per kilogram
Tomat dari Rp10.000 per kilogram menjadi Rp13.000 per kilogram, sedangkan kentang dari Rp10.000 per kilogram menjadi Rp13.000 per kilogram, wortel dari Rp8.000 per kilogram menjadi Rp10.000 per kilogram.
Harga cabai merah dari Rp26.000—Rp30.000 per kilogram menjadi Rp32.000—Rp35.000 per kilogram, hanya cabai burung yang mengalami penurunan dari Rp45.000 per kilogram menjadi Rp35.000 per kilogram dan cabai rawit dari Rp52.000 per kilogram menjadi Rp48.000 per kilogram.
Kenaikan harga terjadi untuk sayur bayam, kangkung, katuk dari Rp2.000 per ikat menjadi Rp4.000 per ikat. Begitu juga dengan timun, pare, sawi, daun bawang, daun seledri, buncis, oyong dan kol yang rata-rata mengalami kenaikan Rp2.000 per kilogram.
Untuk bawang merah dan bawang putih relatif stabil di kisaran Rp25.000 per kilogram.
Juwita, pedagang sayuran di Pasar Lemabang mengatakan kenaikan harga berkisar 10-20 persen ini sudah diterima dari agen sayuran di Pasar Jakabaring Palembang.
“Katanya banyak yang gagal panen karena hujan lebat, jadi harga naik,” kata dia.
Ilham, petani sayuran jenis oyong, pare dan timun di kawasan Pemulutan, Kabupaten Ogan llir, menuturkan jenis tanaman sayuran rusak lantaran dihantam hujan deras sejak Desember.
Baca Juga: Semakin Panjang, Daftar Tunggu Calon Jemaah Haji Sumsel Sampai 21 Tahun
“Banyak kebun yang rusak, kemungkinan baru bisa tanam lagi pada Maret,” katanya.
Harga cabai rawit di pasar tradisional Palembang sempat melambung pada akhir tahun hingga awal Januari di kisaran Rp70.000 per kilogram karena kegagalan panen petani cabai di daerah sentra produksi.
Sumsel dengan sejumlah daerah sentra sayuran di Pagaralam, Ogan ilir, Lubuklinggau, Lahat yang menjadi penyuplai kebutuhan warga setempat.
Cuaca ekstrem ditandai dengan curah hujan yang membuat tanaman sayuran tidak dapat tumbuh dengan baik. BMKG memperkirakan wilayah Sumsel akan mengalami puncak musim hujan pada Februari-Maret 2022.(ANTARA)
Berita Terkait
-
Para Pendaki Di Atas 40 Tahun Bakal Deklarasi di Gunung Gare, Dihadiri Pendaki Legendaris
-
Semakin Panjang, Daftar Tunggu Calon Jemaah Haji Sumsel Sampai 21 Tahun
-
Pabrik Miras Oplosan di Palembang Digerebek, Omzet Ratusan Juta
-
Kisah Mak Onah, Warga Mata Merah Palembang yang Dibangunkan Rumah oleh Presiden Jokowi
-
Masyarakat Pagar Alam Heboh, Bunga Bangkai Tumbuh di Perkarangan Rumah
Terpopuler
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
PSSI Protes AFC, Wasit Laga Timnas Indonesia di Ronde 4 Kok dari Timur Tengah?
Terkini
-
Siapa Roni Ardiansyah? Sosok Kepsek yang 'Disingkirkan' Usai Tegur Anak Walkot Prabumulih
-
Gas Masalah Sampah di Bali: BRI Peduli Gelar Program Pelatihan Pupuk Kompos
-
Kronologi Lengkap Kepsek SMPN 1 Prabumulih 'Disingkirkan' Usai Tegur Anak Wali Kota
-
Lari Terasa Lebih Enteng? Mungkin Ini Efek Sepatu Karbon, Kenali Teknologinya
-
Mau Lindungi Siapa? Aturan Baru KPU: Ijazah & SKCK Capres Kini Jadi Rahasia Negara