Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Jum'at, 10 September 2021 | 15:51 WIB
Dua jurnalis menunjukkan luka akibat pukulan. [ANTARA]

SuaraSumsel.id - Dua jurnalis Afghanistan dari Surat Kabar Etilaat Roz dipukul usai meliput demonstrasi. Mereka ditangkap usai meliput aksi demonstrasi di Kabul.

Pendiri dan Pemimpin Redaksi Etilaat Roz, Zaki Daryabi membagikan foto-foto kedua jurnalis tersebut di media sosial.

Salah satu foto memperlihatkan bekas pukulan di punggung bawah serta kaki. Seadangkan foto lainnya, memperlihatkan bekas pukulan di bahu dan lengan.

Selain bagian panggung, kaki juga luka di bagian muka.

Baca Juga: Dua Tersangka Korupsi BUMD PDPDE Sumsel Ditahan di Rutan Salemba

Daryabi mengatakan, insiden pemukulan membawa pesan mengerikan kepada media di Afghanistan. Di mana pers yang independen--sebagian besar didanai oleh pendonor Barat-- telah berkembang dalam 20 tahun terakhir.

"Lima rekan kami ditahan di pusat penahanan selama lebih dari 4 jam, dan selama empat jam itu dua rekan kami dipukuli dan disiksa secara brutal," katanya, kepada Reuters, melansir Antara, Jumat (10/9/2021).

Kedua wartawan yang terluka dibawa ke rumah sakit dan dokter menyarankan mereka untuk beristirahat dua pekan.

Taliban yang kini memerintah di Afghanistan setelah memberontak selama 20 tahun. Mereka pun melawan pasukan asing dan pemerintah Afghanistan dan setelah berhasil merebut berjanji mengizinkan media beroperasi dan menghormati hak asasi manusia.

"Mereka mengangkat tongkat dan memukuli kami sekuat tenaga. Setelah mereka memukuli kami, mereka melihat kami pingsan. Mereka membawa kami untuk dikurung di sel bersama beberapa orang lainnya," kata dia.

Baca Juga: Kriminalitas Meningkat, Kapasitas Lapas di Sumsel Over 200 Persen

Ilustrasi jurnalis/wartawan. (Shutterstock)

Reuters belum dapat memverifikasi pengakuannya secara independen.

Sejumlah wartawan telah mengeluhkan serangan sejak Taliban berkuasa lagi. Beberapa wanita mengatakan mereka tidak diizinkan untuk bekerja di sektor media.

Dalam pemerintahan Taliban yang pertama, perempuan dilarang bekerja dan bersekolah. Kelompok militan itu mengatakan dalam beberapa pekan terakhir, perempuan akan diizinkan bekerja dan belajar di perguruan tinggi berdasarkan aturan hukum syariat.

"Dengan keruntuhan pemerintah secara tiba-tiba, Etilaat Roz semula memutuskan untuk bertahan dan beroperasi dengan harapan tak akan ada lagi masalah besar bagi media dan jurnalis," kata Daryabi.

"Namun dengan kejadian kemarin, harapan kecil yang saya miliki tentang masa depan media dan jurnalis di negara ini, hancur. (ANTARA)

Load More