Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Sabtu, 17 Juli 2021 | 13:36 WIB
Ilustrasi COVID-19. Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia disebabkan varian delta. [Unsplash/Martin Sanchez]

Menurut dia, kasus COVID-19 di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh varian delta. Berdasarkan riset yang dilakukan, juga ditemukan varian baru asal Indonesia, yaitu varian B.1.466.

Sugiyono menuturkan sebelum varian delta masuk ke Indonesia, varian baru asal Indonesia mendominasi kasus COVID-19 di Indonesia.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Indonesia agar varian lokal terus dimonitor, karena secara genetik varian itu mampu meningkatkan transmisi atau penularan di masyarakat.

Selain itu, varian tersebut juga dapat menyebabkan penurunan efektifitas vaksin dan terapi obat.

Baca Juga: 6 Perjuangan Syifa Adik Ayu Ting Ting Melawan Covid-19, Sesak Napas Hingga Saturasi Turun

"Akan tetapi, sampai saat ini, bukti ilmiah terkait efek secara epidemiologi atau bukti ilmiah yang menunjukkan langsung efek dari mutasi yang terjadi belum ada. Varian lokal saat ini kasusnya tidak banyak dan sampai saat ini varian delta lebih berbahaya," ujar Sugiyono.

Sejak penelitian COVID-19 dilakukan di Indonesia, selama lebih dari satu tahun telah ditemukan lebih dari 10 varian COVID-19.

Namun, varian yang menjadi perhatian adalah varian delta, alfa, dan varian of interest, yaitu gama.

"Walaupun dunia saat ini telah dihebohkan oleh varian baru COVID-19, yaitu varian gama dan lamda, varian ini belum kami temukan di Indonesia sesuai data dari GISAID," tutur Sugiyono.

Baca Juga: Sejak Bulan Lalu Kasus Covid-19 Anak di Kulon Progo Tembus 400 Orang

Load More