Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Jum'at, 16 Juli 2021 | 10:19 WIB
Sumsel terasa lebih dingin pada pagi hari. Sumsel Lebih Dingin pada Pagi Hari Meski Kemarau, Ini Kata BMKG Soal Bediding

SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan pada Juni hingga September ini mengalami musim kemarau dengan puncaknya yang terjadi pada akhir Juli hingga Agustus nanti.

Pada periode ini, Sumatera Selatan atau Sumsel lebih dingin pada pagi hari. Fenomena udara dingin ini jika di Pulau Jawa dikenal sebutan Bediding. Karena itu banyak yang menyebutkan fenomena Bediding.

Kepala Stasiun Klimatologi Palembang, Wan Dayantolis menjelaskan fenomena bediding dalam konteks klimatologi merupakan peristiwa yang normal, karena memang proses fisisnya berkaitan dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau.

"Musim kemarau umumnya jarang terjadi hujan di mana tutupan awan berkurang, sehingga panas permukaan bumi akibat radiasi matahari lebih cepat dan lebih banyak yang dilepaskan kembali ke atmosfer berupa radiasi balik gelombang panjang," katanya.

Baca Juga: Jumat Besok, Sumsel Gelar Melangitkan Doa agar Pandemi Sirna

Dengan curah hujan yang kurang maka kelembapan udara juga rendah yang berarti uap air di dekat permukaan bumi juga sedikit.

"Bersamaan dengan kondisi langit yang cenderung bersih dari awan maka panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepaskan ke atmosfer luar, kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi," katanya.

Kondisi ini umum terjadi pada wilayah Indonesia berada dekat khatulistiwa hingga bagian utara.

"Pada wilayah ini, meski pagi hari cenderung lebih dingin namun pada siang hari udara akan terasa lebih panas," sambung ia.

Hal ini karena ketiadaan awan dan juga kurangnya uap air saat musim kemarau menyebabkan radiasi matahari akan lebih banyak mencapai permukaan bumi.

Baca Juga: Pekan Ini, Pasien COVID 19 Sumsel Terbanyak selama Pandemi

"Pada wilayah selatan Indonesia seperti Sumatera Selatan, Jawa Bagian Selatan hingga Bali, NTT dan NTB pada siang hari suhu udara juga akan lebih rendah dari suhu udara periode bulan lainnya," ujarnya.

Aphelion Bumi. [Time and Date]

Fenomena ini cukup terasa pada bulan Juli di mana saat ini angin timuran atau monsun Australia yang kering mengalir melewati wilayah-wilayah selatan tersebut.

Pada bulan Juli juga merupakan puncak musim dingin Australia sehingga udara dingin mengintrusi masuk wilayah Jawa Bagian Selatan hingga Bali, NTT dan NTB.

"Dampaknya, meskipun kemarau di mana siang hari matahari bersinar terang tanpa hambatan awan, namun udara dingin dari aliran monsun Australia lebih dominan mempengaruhi penurunan suhu udara pada siang hari tersebut," ujarnya.

Posisi matahari pada aat ini berada pada titik jarak terjauh dari bumi atau dikenal Aphelion dalam siklus gerak revolusi bumi mengitari matahari.

Hal itu tidak berpengaruh secara signifikan pada fenomena atmosfer dekat permukaan bumi.

Load More