Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Jum'at, 21 Mei 2021 | 15:23 WIB
Ilustrasi rapid test antigen [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A] Epidemiolog Unsri Sarankan Sumsel Gelar Tes Acak COVID 19

SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan dinilai perlu menjalankan tes acak guna menelusuri masyarakat yang terpapar COVID 19. Saran ini disampaikan Epidemiolog Unsri atau Universitas Sriwijaya Dr. Iche Andriany Liberty.

Ia menilai Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan perlu melakukan tes acak COVID-19 guna mendeteksi kawasan publik yang paling rentan menjadi kluster baru.

Saat ini belum pernah ada informasi kemunculan kluster baru seperti di kawasan wisata maupun mal di Sumsel, karena memang sulit diungkap jika tidak di tes acak terutama di Kota Palembang dengan  kasus positif paling tinggi.

"Sewaktu-waktu perlu dilakukan tes acak, apalagi yang bukan KTP domisili Palembang, misalnya," kata Dr. Iche di Palembang, Kamis.

Baca Juga: Penyekatan di Tol Palembang-Lampung hingga 31 Mei 2021

Tes acak juga untuk mengantisipasi fenomena gunung es kasus COVID-19 di Sumsel, karena ia meyakini rasio pelacakan dan pemeriksaan di Bumi Sriwijaya itu belum mencakupi seluruh potensi kasus.

Sebab 80 persen kasus positif COVID-19 di Sumsel merupakan kasus tanpa gejala yang berpotensi menularkan COVID-19 ke orang lain.

Selain itu menurutnya, dengan tes acak di kawasan tertentu maka akan lebih mudah bagi pemerintah dalam mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap pembatasan-pembatasan kegiatan.

Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Sumsel Yusri menyebut tes acak dapat dilakukan jika rasio tes usap telah memenuhi standar WHO yakni 1/1000 penduduk atau setara 10.000 jiwa per hari di Sumsel.

"Saat ini tes usap baru 500 sampel atau 200-300 orang per hari, untuk wajib saja belum bisa dipenuhi," katanya.

Baca Juga: Tekan Penyebaran Virus COVID 19, Palembang Perlu Terapkan Jam Malam

Sementara tidak adanya laporan kluster wisata, kegiatan-kegiatan dan pusat perbelanjaan atau ruang publik lainnya di Sumsel hingga kini karena kontak erat kasus-kasus yang ada masih dominan dari kluster keluarga.

"Misalnya ada orang dari acara buka bersama lalu dia pulang ke rumah ternyata menularkan ke anggota keluarganya, maka jadi kluster keluarga, pola-pola seperti ini yang banyak terjadi di Sumsel," jelas Yusri.

Ia memang tidak menampik adanya kasus-kasus tanpa gejala yang mungkin tidak terdeteksi namun selagi masyarakat patuh menerapkan protokol kesehatan maka penyebaran COVID-19 dapat ditekan. (ANTARA)

Load More