Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Rabu, 12 Mei 2021 | 21:43 WIB
Salah satu designer Palembang, Brilianto mengatakan pada tahun 2021 atau dirinya menyebutkan “tahun pandemi” trend fashion Ramadhan hingga menjelang Idul fitri 1442 H kembali menjadi simpel namun tetap stylish.[Suara.com/dok]

SuaraSumsel.id - Meskipun menjalankan ibadah puasa hingga lebaran masih dalam suasana pandemi Covid-19, penggiat industri pakaian tetap harus mengikuti permintaan dan minat pasar. Sehingga walau banyak mengurangi aktivitas diluar rumah namun pemakainnya tetap nyaman dengan outfit yang ia pakai.

Salah satu designer Palembang, Brilianto mengatakan pada tahun 2021 atau dirinya menyebutkan “tahun pandemi” trend fashion Ramadhan hingga menjelang Idul fitri 1442 H kembali menjadi simpel namun tetap stylish.

“Saat pandemi ini semua berubah menjadi simpel mulai dari pemilihan bahan hingga sentuhan warna yang dipakai,” katanya, Kamis (29/4/2021).

Meninggalkan gaya busana pada dua tahun silam yang menggunakan kesan glamour dan bling-bling, seperti bahan satin, brokat dan organza. Kini, pemilihan bahan lebih banyak yang menggunakan katun dan linen.

Baca Juga: 462.560 Unit Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Hingga H-2 Lebaran

Terlebih, Menurut Lelaki yang akrab disapa Bian tersebut saat ini pasar tidak begitu ramai karena ekonomi masyarakat yang juga menurun yang artinya pembeli produk jadi seperti pakaian juga menurun.

Hal ini menjadi tantangan bagi produsen pakaian agar pembeli tetap mendapat pakaian yang nyaman dan stylish namun dengan harga yang lebih ekonomis.

“Jadi produsen harus memikirkan produk yang bisa dijual dengan harga “pandemi”, harus menurunkan biaya produksi namun masyarakat tetap bisa beli baju lebaran dengan produk yang nyaman,” urainya.

Busana gamis dan Kaftan masih menjadi pilihan masyarakat untuk Ramadhan hingga Lebaran. Tetapi minat pasar saat ini lebih banyak memilih pakaian maupun hijab dengan warna polos, dan lebih tertarik dengan bahan yang bertekstur.

“Saat ini yang lagi tinggi permintaannya adalah bahan plisket dengan warna polos, mulai dari pakaian hingga jilbab,” ujarnya.

Baca Juga: Pemprov Sulsel Siapkan Wisma Atlet Palembang Buat Isolasi Pasien Covid-19

Mengimbangi tingginya permintaan pasar terhadap pakaian plisket sehingga idustri pakaian sudah memproduksi secara masal. Teknologi juga menawarkan berbagai jenis pliket.

“Tak hanya yang garis-garis, plisket juga ada yang zig zag dan bergelombang," tambah dia.

Bian berpendapat, derasnya perkembangan media massa menjadi faktor utama trend fashion mudah berubah-ubah. Jika ada suatu gaya busana baru akan mudah sekali menjadi tren. Contohnya belakangan ini menurut Bian banyak warna-warna yang dianggapnya aneh mulai bermunculan.

Ada warna Lilac yang sempat tren, lalu ada pula warna olive, milo, moca, ivory dan lainnya.

“Sebenarnya itu tone warnanya saja yang berbeda, dulunya kita hanya mengenal cokelat sekarang banyak variannya, lilac itu warna dasarnya ungu," papar Bian.

Sementara itu, industri pakaian juga merubah pemilihan warna fashion menjadi warna alam. Pasalnya dunia saat ini sedang dilanda musibah, dari mulai pandemi covid-19 hingga beberapa bencana alam. Sehingga pemilihan warna ini dianggap sebagai bentuk kontribusi penggiat fashion dalam kedukaan dunia.

“Warnanya lebih banyak menggunakan warna hitam, putih, abu-abu, cokelat, cream dan donker,” pungkansya.

Kontributor: Fitria

Load More