Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Kamis, 06 Mei 2021 | 10:33 WIB
Ilustrasi, pemulihan ekonomi. (Shutterstock) Triwulan I Tahun 2021, Ekonomi Sumsel Masih Terkontraksi 0,41 Persen

SuaraSumsel.id - Pada triwulan I tahun 2021, ekonomi Sumatera Selatan masih terkontraksi tipis sebesar 0,41 persen. Kondisi ini dinilai membaik jika dibandingkan dengan triwulan I pada tahun lalu.

Pada triwulan I tahun lalu, baik Indonesia atau Sumatera Selatan mengalami awal pandemi virus COVID 19.

"Kontraksi tipis di triwulan I tahun ini, jika Y to Y kontraksinya 0,41 persen sedangkan jika Q to Q, kontraksinya 0,2 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan, Endang Triwahyuni, Rabu (5/5/2021) dalam acara konfrensi pers yang digelar secara virtual.

Pada triwulan I ini, besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Selatan mencapai Rp 116,55 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 78,39 triliun.

Baca Juga: Kasus Kematian Naik Drastis, Satgas Covid-19 Tegur Pemprov Sumsel

Adapun, lapangan usaha yang paling dalam kontraksi pada triwulan I tahun ini yakni jasa transportasi dan pergudangan yang mengalami kontraksi 13,54 persen baru disusul sektor lainnya seperti penyedia akomodasi, jasa perusahaan, sektor pertambangn, pedagangan besar dan eceran.

"Meski terkontraksi cukup dalam namun transportasi tidak cukup besar mempengaruhi atau berkontribusi sebagai penyebab kontraksi ekonomi Sumsel," terang Endang.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, kontraksi disebabkan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mengalami kontraksi sebesar 5,17 persen.

Kondisi ekonomi Sumatera Selatan jika dibandingkan pada triwulan sebelumnya juga mengalami kontraksi manum tidak sebesar kontraksi jika dibandingkan pada triwulan I tahun lalu.

Kondisi ini jika di lihat dari sisi produksi, kontraksi tertinggi terjadi pada lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang turun sebesar 11,04 persen.

Baca Juga: Doni Monardo Ingatkan Kepala Daerah di Sumsel Satu Narasi Larangan Mudik

"Penyebab utama kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya, karena memang turunnya realisasi belanja pegawai dan modal. adminitrasi pegawai 34,7 persen, dan juga terdapat penyesuaian anggaran karena pandemi COVID 19," terang Endang.

Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh komponen pengeluaran konsumsi Pemerintah yang mengalami kontraksi sebesar 46,38 persen.

Load More