SuaraSumsel.id - Komisi Uni Eropa menerbitkann regulasi 20202/1085 menggantikan regulasi 396/2005 membatasi batas maksimal residu chlorpyrifos dan chlorpyrifos - methyl dalam produk pangan.
Dalam aturan itu, menyepakati menurunkan batas kandungan residu dari yang mulanya 0,05 miligram per kilogram (mg/kg) produk menjadi 0,01 mg per kg.
Regulasi ini dinilai Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sumsel mengakui tidak bermasalah menyusul aturan terbaru mengenai batas maksimal residu pestisida yang bakal diberlakukan pada 13 November 2020 mendatang.
Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel Rudi Arpian mengatakan dengan diterapkan aturan terbaru mengenai batas maksimal residu pestisida kopi belum berdampak terhadap kopi di wilayahnya.
Baca Juga: Anggota Polda Sumsel Divaksin Influenza, Ahli Mikrobiologi: Gejalanya Sama
“Kita (Sumsel) tidak masalah soal aturan itu. Apalagi petani kita jarang menggunakan pupuk dan pestisida, malah saat ini kita sudah mengembangkan kopi organik,” ujar dia kepada Suara.com pada Kamis (1/10/2020).
Pengembangan kopi organik di Sumsel dilakukan di Kabupaten Lahat dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan.
Ia membeberkan kini sudah ada tiga kelompok tani yang mengantongi sertifikat produk organik dari lembaga sertifikasi organik BIOcert. Pertama Kelompok Tani (KT) Bhineka Tunggal Ika asal Desa Sumber Karya, Kabupaten Lahat, KT Harapan Jaya asal Desa Pekuwolan Buay Rawan, dan KT Sinar Mulya asal Desa Bedeng Tiga, Kabupaten OKU Selatan.
“Pemerintah setempat juga ingin mengembangkan pengolahan kopi secara organik ke wilayah produksi kopi lainnya, di Sumsel,” kata ia.
Menurut ia, kehadiran kopi organik telah mendapatkan tempat tersendiri di kalangan penikmat kopi di seluruh dunia, terutama pasar Eropa dan Tiongkok.
Baca Juga: Harga Telur dan Daging Ayam Paling Pengaruhi Deflasi Sumsel
“Karena itu, kita mau lebih banyak lagi petani kopi di Sumsel yang bisa menggarap produk organik tersebut. Ya, ini untuk mendorong jumlah varietas kopi di Sumsel,” tambah ia.
Dari sisi harga, ia menyebut, kopi organik memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding kopi biasa. Di pasaran harga biji kopi jenis itu bisa mencapai Rp 150.000 sampai Rp 200.000 per kg.
“Itu (KT Harapan Jaya) sudah punya pemesan dari Tiongkok sedangkan kelompok tani duanya lagi masih mencari pembeli,” singkat ia.
Ketua Dewan Kopi Provinsi Sumsel Zain Ismed menambahkan kopi organik mempunyai pasar potensial untuk dijual baik di dalam negeri maupun luar negeri. Mengingat banyak pecinta kopi yang berburu kopi organik hingga ke tingkatan petani.
“Soal pasar itu pasti ada. Tinggal bagaimana kita mempromosikan dan mempertahankan kualitas yang dimiliki,” ungkap ia.
Kontributor : Rio Adi Pratama
Berita Terkait
-
Diperingati Setiap 1 Oktober, Berikut 3 Fakta Unik Minuman Kopi
-
Bukan Cuma Es Kopi VIetnam, Ini Menu Hidangan Kafe Olivier Tempat Mirna Salihin Mengembuskan Napas Terakhir
-
Djakarta Coffee Festival and Run Digelar Lagi, Edwin Super Bejo Bocorkan Hadiahnya
-
Jadi Favorit Banyak Orang, Ini 5 Es Kopi Enak di Bandung
-
Viral Es Kopi Super Jumbo, Cocok untuk Bekal Begadang 5 Malam
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaik November 2024
-
Neta Hentikan Produksi Mobil Listrik Akibat Penjualan Anjlok
-
Saldo Pelaku UMKM dari QRIS Nggak Bisa Cair, Begini Respon Menteri UMKM
-
Tiket Kereta Api untuk Libur Nataru Mulai Bisa Dipesan Hari Ini
Terkini
-
BRI Fellowship Journalism 2025: Beasiswa S2 Plus Pelatihan Keuangan untuk Jurnalis
-
LIVE Malam Ini! Debat Kedua Pilwalko Palembang: Siapa Punya Solusi Pembangunan?
-
Breaking News: Gedung PLN WS2JB Terbakar, Penyebab Masih Diselidiki
-
Leadership Camp GenBI: Bukan Cuma Pintar, Tapi Juga Kreatif dan Inspiratif
-
BRI Minta Nasabah untuk Tingkatkan Kewaspadaan dengan Edukasi