Setiap hari mereka tetap menjalankan tugas dengan disiplin, mengemudikan angkutan umum yang menjadi tumpuan mobilitas warga, meski di balik senyum ramah dan seragam kerjanya, mereka menyimpan kegelisahan yang tak kunjung usai.
Gaji yang tertunda bukan hanya soal angka, tapi tentang keberlangsungan hidup keluarga mereka—istri yang menanti uang belanja, anak-anak yang butuh biaya sekolah, hingga tagihan harian yang tak bisa ditunda.
Mereka berharap para pihak yang bertanggung jawab dapat melihat persoalan ini dengan hati nurani, bukan sekadar urusan administratif.
Sebab bagi para sopir, gaji bukan bonus, melainkan napas untuk tetap bertahan di tengah tekanan ekonomi yang terus menghimpit.
Baca Juga:Apa Bahan Dasar Pempek? Ini Rahasia Kelezatan Makanan Khas Palembang