Film Dokumenter Baradwipa, Sarat Pesan Hentikan Candu Batubara

Film Baradwipa diputar serentak di Pulau Sumatera, Selasa (9/11/2021) malam.

Tasmalinda
Selasa, 09 November 2021 | 21:50 WIB
Film Dokumenter Baradwipa, Sarat Pesan Hentikan Candu Batubara
Nonton bareng film Baradwipa di Palembang [ist]

SuaraSumsel.id - Film dokumenter kolaborasi Watchdoc dan jejaring Sumatera Terang untuk Energi Bersih (STUEB), Baradwipa diputar serentak di sejumlah kota di Pulau Sumatera, Selasa (9/11/2021) malam.

Film sarat pesan agar menghentikan candu batubara ini diputar bertepatan dengan Konferensi COP 26 di Glasgow, Skotlandia. Nonton bareng atau nobar ini menjadi puncak dari serengkaian kegiatan aksi damai yang telah berlangsung di sejumlah daerah di Pulau Sumatera.

Konsolidator STUEB, Ali Akbar mengungkapkan peluncuran terbatas menyampaikan pesan menolak punah. Masyarakat sipil mengingatkan dunia terutama Presiden Indonesia agar serius menangani perubahan krisis iklim yang kian parah.

"Jokowi berbicara krisis iklim di forum global namun yang dilakukan Jokowi di dalam negeri justru sebaliknya. Jokowi terus membangun pembangkit energi kotor, yang tentu memperburuk iklim global, dan keselamatan warga," katanya.

Baca Juga:Dukung Konektivitas Sumsel, PUPR Kebut Selesaikan Tol Kayu Agung - Palembang - Betung

Diungkapkan dia, masyarakat di sekitar PLTU telah lama menderita akibat pembakaran energi kotor.

Produksi debu batubara berdampak pada kesehatan paru-paru. Selain itu, batubara juga berpengaruh pada mata pencarian warga, baik di pertanian dan di pesisir pantai.

Film dokumenter Baradwipa merekam dampak dialami warga Sumatera akibat industri energi kotor. Padahal, kalkulasinya cadangan daya listrik di Sumatera mencapai 4.263 megawatt (MW) dari 25 unit PLTU yang telah beroperasi.

Dengan kapasitas tersebut, surplus pasokan listrik sebesar 55 persen.

Pemerintah masih bersikeras membangun 22 unit PLTU baru dengan total kapasitas 6.789 MW dan mayoritas PLTU-PLTU tersebut kemungkinan didukung institusi keuangan China.

Baca Juga:Prakiraan Cuaca 9 November 2021: Pagi hingga Siang, Sumsel Diguyur Hujan

“Pola pembangunan terus memicu ketimpangan yang berakar pada kerusakan lingkungan, dan kini kian masif di Sumatera,” kata juru bicara #BersihkanIndonesia dari Trend Asia, Ahmad Ashov Birry.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini