5 Fakta Menarik Masyarakat Adat Indonesia, Terapkan Lockdown Mandiri saat Pandemi

Berikut 5 fakta masyarakat adat indonesia yang menarik, mereka sudah terapkan lockdwon mandiri saat pandemi ini.

Tasmalinda
Rabu, 15 September 2021 | 10:33 WIB
5 Fakta Menarik Masyarakat Adat Indonesia, Terapkan Lockdown Mandiri saat Pandemi
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN [Dok. Istimewa]

Yang membanggakan, ketika pulang kampung, anak-anak muda itu tidak hanya berkebun, melainkan juga mendirikan Sekolah Adat yang jumlahnya kini sudah berkembang menjadi 82 sekolah di berbagai daerah di Indonesia.

Sekolah Adat memiliki kegiatan yang berbeda dari sekolah umum.

Serupa living school, mereka mengajarkan berbagai hal yang terkait adat istiadat. Siswa sekolah adat belajar tentang cara menanam dan menugal padi, aturan adat, juga tarian, makanan, dan permainan tradisional. Mereka juga belajar tentang hutan, termasuk jenis tanaman dan binatang yang hidup di hutan.

“Yang berperan sebagai guru adalah para tetua kampung yang punya pengetahuan. Ada tetua hebat yang mengajarkan ilmu astronomi terkait pertanian mereka. Misalnya, ketika bintang tertentu sedang naik, maka itulah waktu yang tepat untuk menanam. Kalau bintangnya sudah turun, sebaiknya tidak menanam lagi karena sudah akan banyak hama,” cerita Mina.

Baca Juga:Nelayan Sumsel Diminta Waspada saat Melaut, Cuaca Memburuk

4. Ritual adat untuk jaga lingkungan

Setiap komunitas Masyarakat Adat mempunyai kearifan lokal tersendiri, termasuk berbagai ritual, yang selalu berkaitan dengan pengelolaan lingkungan. Misalnya, ritual Sasi Ikan Lompa di Maluku Tengah.

Dengan ritual itu, ikan lompa (sejenis sardin) tidak boleh diganggu selama satu tahun. Ketika sasi dibuka, yaitu saat pemangku adat menyatakan ikan lompa sudah cukup umur untuk diambil, barulah masyarakat boleh menangkapnya.

“Ini merupakan salah satu kearifan lokal untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Ikan dibiarkan hidup agar bisa berkembang biak, baru kemudian dipanen bersama,” kata Mina.

Masyarakat adat Dayak Iban yang tinggal di Sungai Utik, Kalimantan Barat, memiliki ritual Mali Umai. Ritual ini dilakukan dengan memanggil leluhur untuk membasmi hama.

Baca Juga:Pupuk NPK Mutiara Palsu Beredar di Sumsel, Polisi Sita 700 Sak

“Ketika tanaman di ladang sudah mulai tumbuh, mereka mengadakan ritual Mali Umai. Selama tiga hari berturut-turut tidak ada orang yang boleh melintasi wilayah tersebut, karena pada saat itu leluhur sedang membersihkan tanaman dari hama. Kalau kita lewat, kita bisa dianggap hama. Ritual ini dilakukan untuk menjaga lingkungan. Mereka tidak memerlukan pestisida untuk mengusir hama,” ungkap Mina.

Hanya saja,  kearifan lokal Masyarakat Adat tidak akan bertahan, kalau wilayah adatnya hilang. Saat hutan menghilang, kearifan lokal juga lenyap, karena kearifan itu banyak berhubungan dengan hutan, dan dilakukan di hutan. “Jika hutan tak ada lagi, ritual-ritual itu akan dilakukan di mana?,” kata Mina.

Meski ritual adat tetap dijalankan, bukan berarti Masyarakat Adat menolak kemajuan dunia medis, termasuk vaksin.

AMAN sedang bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) untuk memudahkan akses vaksinasi bagi Masyarakat Adat.

“Kami mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo untuk memfasilitasi agar Masyarakat Adat bisa divaksinasi. Karena, Masyarakat Adat sadar, di samping ritual, juga diperlukan usaha dan tindakan agar terhindar dari ancaman pandemi. Saat ini banyak Masyarakat Adat yang sudah divaksinasi atau sedang dalam proses untuk mendapat vaksin,” kata Mina.

5. Berjuang demi pengakuan hak

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini