Cerita Pasien Covid-19 Pertama, Masih Merasa Cemas dan Kelelahan

Pasien tersebut mengaku masih kerap mengalami kecemasan, kelelahan ekstrim serta nyeri otot yang terus menerus.

Risna Halidi | Lilis Varwati
Kamis, 26 November 2020 | 13:50 WIB
Cerita Pasien Covid-19 Pertama, Masih Merasa Cemas dan Kelelahan
Ilustrasi pasien covid-19. [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]

SuaraSumsel.id - Cerita kehidupan penyintas Covid-19 terus berdatangan. Kali ini ada Joanne Rogers, seorang perempuan berusia 51 tahun dari Inggris. Ia merupakan satu dari sembilan pasien yang didiagnosis menderita Covid-19 pertama kali di negeri Ratu Elizabeth pada Januari lalu.

Saat itu Joanne berpikir dirinya hanya mengalami flu biasa. Dikutip dari Mirror.co.uk, Joanne disebut masuk kasus penularan dari orang ke orang yang dikonfirmasi paling awal di Inggris. Hingga saat ini, ibu satu anak itu mengaku masih merasakan dampak dari infeksi virus SARS COV-2 tersebut.

Semula Joanne hanya terbaring di tempat tidurnya selama dua minggu. Kemudian pada 15 Februari, sebuah ambulans dikirim ke rumahnya untuk membawanya ke rumah sakit.

Saat itu, sembilan orang sedang diisolasi oleh Kesehatan Masyarakat Inggris. Sebagian besar adalah pelajar China dan orang yang melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi di resor ski Perancis. Pemerintah Inggris belum mengumumkan ada kasus terkonfirmasi saat itu. 

Baca Juga:Nekat Bawa Jenazah Pasien Covid-19, Puluhan Santri di Indramayu Terinfeksi

“Salah satu hal terakhir yang saya ingat adalah masuk ke resus dan bercanda dengan dokter, mengatakan, 'Saya tidak akan mati, kan?' Dia berkata, 'Tidak saat sedang shift saya'," cerita Joanne dikutip dari Mirror.

Dalam waktu 24 jam dia didiagnosis pneumonia dan mengalami koma. Kondisi itu menjadi awal dari Covid-19 yang dirasakannya hingga saat ini. 

Joanne menjalani trakeostomi, di mana selang dimasukkan ke tenggorokan tepat di bawah pita suara. Petugas medis tidak tahu apa yang menyebabkan serangan pneumonia begitu parah dan hanya bisa memasang ventilator pada Joanne untuk memberi kesempatan pada tubuhnya untuk melawan penyakit misterius itu. 

Namun, virus tersebut telah memicu reaksi berlebihan yang masif dan berpotensi fatal pada sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai badai sitokin.

Joanne mengalami mimpi mengerikan dalam 12 hari koma. Hingga hari ini, ia masih mengalami kecemasan, kelelahan ekstrim dan nyeri otot yang terus menerus.

Baca Juga:Pasien Covid-19 di Bintan Bertambah Empat, Tertular dari Kontak Dekat

Sebelum mengalami sakit, Joanne diketahui baru bepergian ke luar negeri dan tidak tahu bagaimana dia bisa tertular virus. Dia juga tidak menjalani tes selama 17 hari setelah perjalanannya itu. Ketika dia akhirnya mendapat tes antibodi pada bulan Juni, baru dipastikan Joanne terinfeksi virus corona. 

"Saya pikir ini menjadi kasus terkonfirmasi paling awal di Inggris. Sangat masuk akal untuk percaya bahwa ini beredar di bulan Januari. Saat itu tidak ada yang bisa meramalkan apa malapetaka. Saya sangat yakin akan ada beberapa kasus yang tidak terdiagnosis," kata Prof Francois Balloux dari University College London.

Menurut Francois, diperkirakan ada sekitar 1.400 kasus awal Covid-19 terjadi secara terpisah di Inggris. Oleh sebab itu, tidak seperti negara lain yang mengabarkan pasien pertama Covid-19, Inggris sulit menyatakan itu karena begitu banyak kasus awal terjadi yang tidak terdeteksi. 

Namun, secara resmi, pemerintah Inggris menyatakan kasus Covid-19 ada dii negaranya dialami oleh seorang wanita berusia 75 tahun dari Surrey yang diidentifikasi melalui sampel tes yang diberikan pada 21 Februari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini