Berapa Harga Vaksin Pfizer Dibandingkan Sinovac, Manakah Lebih Terjangkau?

Vaksin Covid 19 buatan Pfizer diberitakan lebih efektif.

Tasmalinda
Selasa, 10 November 2020 | 19:44 WIB
Berapa Harga Vaksin Pfizer Dibandingkan Sinovac, Manakah Lebih Terjangkau?
Tangan seorang perawat dalam sarung tangan memegang tabung reaksi dengan tulisan COVID 19, dengan tes darah positif untuk virus corona baru yang menyebar dengan cepat. (ANTARA/Shutterstock/pri).

SuaraSumsel.id - Berita efektivitas vaksin Covid-19 buatan Pfizer membuat masyarakat bertanya-tanya tentang harganya. Apakah lebih murah dibandingkan dengan vaksin Sinovac yang sedang diteliti di Indonesia?

Sayangnya hingga saat ini, belum ada keterangan resmi terkait harga jual vaksin Pfizer, karena vaksin masih dalam tahap akhir uji klinis.

Namun dikutip dari laman Observer, harga jual yang diperkirakan sekitar $19,50 atau setara Rp 275.000.

Harga ini diambil dari nilai kontrak yang ditanda tangani Pfizer, BioNTech, dan penyedia dosis m-RNA BARDA yang mencapai $1,95 juta untuk 100 juta dosis.

Baca Juga:Alasan Brasil Tunda Uji Klinis Vaksin COVID-19 Sinovac Masih Misterius

Sejumlah vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi lainnya yang tengah diteliti juga sudah diprediksi harga jualnya. Di antaranya:

Vaksin Johnson&Johnson sekitar $10 atau Rp 145.000 perdosis.
Vaksin Novavax sekitar $16 atau Rp 225.000 perdosis.
Vaksin Moderna sekitar $32 atau Rp 450.000 perdosis.

Di Indonesia sendiri, vaksin Covid-19 buatan Sinovac sudah memasuki uji klinis tahap akhir dan diprediksi siap diedarkan tahun depan.

Pada beberapa kesempatan, Corporate Secretary PT Bio Farma (Persero) Bambang Heriyanto mengatakan salah satu kandidat vaksin yang telah berkomitmen dengan pemerintah adalah vaksin buatan perusahaan biofarma China, Sinovac Biotech Ltd yang dibanderol dengan harga sekitar Rp 200 ribu.

"Produksi bulk dari Sinovac kami sudah coba hitung dan tujuannya tetap tidak memberatkan pemerintah. Kisarannya di Rp 200 ribu. Itu masih kisaran ya, mudah-mudahan bisa lebih murah lagi," kata Bambang dalam diskusi dari BNPB, Jakarta, Senin (19/10/2020).

Baca Juga:Pekanbaru Tambah 64 Nakes Kontrak untuk Tangani Pasien Covid-19

Sementara itu, Direktur Bio Farma Honesti Basyir mengatakan alam penyusunan harga vaksin Covid-19, ada beberapa elemen yang juga harus diperhitungkan selain harga bahan baku dan biaya impor.

Harga bahan baku sudah memiliki standar ketetapan internasional, pun dengan biaya impor yang diregulasi pemerintah.

Namun, ada faktor investasi yang dikeluarkan oleh Bio Farma dalam melakukan uji klinis yang juga dimasukkan dalam penyusunan harga vaksin.

"Untuk penyusunan harga vaksin Covid-19 ini, ada faktor investasi yang kita lakukan, seperti untuk uji klinis," tutur Honesti dalam dalam siaran melalui Youtube Forum Merdeka Barat 9, Rabu (21/10/2020).

Honesti mengatakan untuk distribusi vaksin, Bio Farma akan bekerja sama dengan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan.

Pendistribusian vaksin baru bisa dilakukan ketika uji klinis tahap III yang dilakukan Bio Farma selesai.

"Jadi setelah uji klinis kita selesai, kita registrasikan. Nah pemerintah dalam hal ini Kemenkes punya strategi vaksinasi nasional. Kita bekerja sama demi memastikan vaksinasi bisa menjangkau masyarakat," tuturnya.

WHO menyebut vaksin covid 19 masih belum tersedia luas pada pertengahan tahun 2021.
WHO menyebut vaksin covid 19 masih belum tersedia luas pada pertengahan tahun 2021.

Ia menambahkan dalam penentuan harga vaksin Covid-19 yang sedang diuji klinis saat ini, pihaknya melibatkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Sumber : Suara.com

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini